14

349 49 2
                                    

Kekaisaran Lambnorch.

Negara yang memiliki banyak kekayaan alam juga pengaruh politik yang kuat di kancah dunia. Karena pemimpin yang bertanggung jawab, semua rakyat di kekaisaran tersebut hidup sejahtera.

Di tengah kesibukan pembagian sembako-program setiap dua bulan sekali-seorang wanita bangsawan muda turut berpartisipasi. Ia melakukannya dengan sukarela bersama beberapa pelayan dari rumahnya. Mereka rela menempuh ratusan kilometer untuk pergi ke sebuah desa terpencil.

Hal itu terjadi bersamaan dengan para ksatria yang terjun untuk menangkap bandit di perbatasan. Setelah selesai dengan tugasnya, mereka menetap selama beberapa hari di desa sekitar.

Dan di sanalah Amabel von Fiedler bertemu dengan pujaan hatinya.

Walau jarang sekali menunjukkan dirinya ke acara sosial bangsawan, Amabel berhasil menjadi buah bibir orang-orang karena kecantikannya. Dan karena itu pula ia berhasil menarik hati seorang Duke muda.

Eugene de Clary menaruh rasa pada Amabel. Begitu pula sebaliknya. Karena interaksi intens keduanya, timbullah rumor di kalangan bangsawan dan juga para rakyat.

Tepat setelah tugas mereka selesai, Eugene segera melamar sang pujaan hati dan merencanakan pernikahan mereka. Keduanya bahagia, begitu pula orang di sekitarnya. Bahkan mereka disebut sebagai ikon pasangan kekaisaran.

Jika ini adalah dongeng anak-anak, mungkin mereka akan hidup bahagia selamanya. Akan tetapi ini kenyataan yang harus mereka hadapi. Ketika mereka terpisahkan oleh maut dan menorehkan luka besar dan dalam pada pihak yang ditinggalkan.

"His Grace really loves your mother. Karena patah hati yang dirasakannya, Master terpaksa pindah ke sini, rumahnya yang di ibukota."

Ren mengembuskan napas panjang. Cerita ini cukup panjang. Tapi ia tak masalah untuk mengisahkannya padaku, seorang anak yang baru akan menginjak umur 4 tahun.

"Well, that was the first time I saw his grace crying. To be honest, that broke my heart ... a bit."

Aku jatuh dalam diam. Mataku terkunci pada sebuah buku kecil di tanganku. Sebuah buku yang Amabel-ibuku tulis. Goresan tinta di atas kertas kuning lusuh itu menunjukkan eksistensi ibuku itu nyata.

"Apa itu memenuhi semua pertanyaan Anda?" Ren menatapku lekat, menanti responku.

"Iya-- ah, aku ingin menanyakan satu hal lagi."

Ren menatapku penasaran. Sebelah alisnya sedikit terangkat, menampilkan ekspresi bingung.

Aku menarik napas dalam dan berpikir untuk sesaat. Ada pertanyaan yang cukup menjanggal hatiku selama ini. Walau sejujurnya Dewa Kaerus sudah menjelaskannya padaku, akan tetapi rasanya masih kurang. Aku bahkan menganggapnya sebagai kebohongan manis agar aku tenang.

"Apa ... ayah membenciku? Karena aku, ayah kehilangan ibuku. Bukankah wajal jika ia membenciku?"

Lawan bicaraku terdiam. Ia menatapku dari atas hingga bawah, sebelum akhirnya mengembuskan napas panjang. Ren memejamkan matanya lalu mendongak.

"Meskipun saya menjawab pun Nona tidak akan puas dengan jawabannya. Benar begitu?"

...

...

...

"Kunci dari masalah dalam sebuah hubungan adalah komunikasi antara dua pihak. Tidak akan ada kepuasan yang diraih jika menggunakan perantara. Berbicara empat mata lebih baik."

Fragile FantasyTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang