10

790 98 6
                                    

Monster from the West.

The Great Villain.

God of War.

Banyak julukan seram yang ditujukan pada Grand Duke Clary.

Kepada seseorang yang sebetulnya penuh kasih sayang dengan orang di sekitarnya. Terutama dengan keluarganya.

Ya, bukan tanpa alasan ia mendapat panggilan seperti itu. Sesaat menikah dengan mendiang istrinya, ia sempat berselisih dengan kaisar. Ia bahkan memporak-porandakan tatanan kekaisaran waktu itu.

Lalu setelahnya, ia menjadi komandan yang memenangkan perang di Utara, Eugene resmi menjadi pahlawan nasional. Bahkan namanya cukup terkenal hingga ke negeri seberang.

Ia harus hidup di dalam nama yang telah diberikan. Karena ia pikir, semua orang akan menakutinya dan tak akan berani menyentuh keluarganya.

Tapi masih ada saja bajingan gila yang melakukan ini.

Eugene mengusap pelan wajahnya. Ia kembali menatap undangan di tangannya.

Putri Rena ... seseorang yang sempat dekat dengannya. Namun hubungan mereka renggang semenjak mendiang istrinya pergi dari dunia.

Ren yang melihat wajah majikannya yang murung pun berkata, "Your Grace, apa Anda tak ingin membelikan hadiah untuk nona muda?"

Eugene mendongak dan melihat Ren dengan wajah datar mengesalkan itu. Untuk sesaat ia berpikir. Ia baru saja membuat kontak dengan putrinya beberapa hari belakangan ini, tapi belum pernah sekalipun ia memberikan hadiah.

Ah, aku mengirimkan hadiah saat ulang tahunnya, tapi aku tak pernah melihat keberadaan hadiah itu lagi.

Eugene kembali teringat kenangan masa lalunya. Mendiang istrinya selalu berkata bahwa selera miliknya sungguh buruk.

"Apa ... yang kau sarankan?"

"Saya dengar ada sebuah toko kue di distrik A yang enak," jawabannya dengan wajah yang konstan datar.

Eugene menimang saran tersebut sebelum akhirnya menyuruh pengemudi agar membawa mereka ke distrik A. Dalam waktu lima belas menit, mereka telah sampai di depan sebuah toko kue yang didominasi warna biru itu.

Kring!

Bel pada pintu berbunyi saat mereka masuk ke dalamnya. Aroma roti dan kopi yang manis masuk indera penciuman. Di dalam pun cukup banyak pelanggan yang tengah menikmati pesanan mereka dan berbincang dengan pasangan.

Eugene segera pergi ke konter dan melihat beberapa kue yang terjajah rapi di etalase. Dari rasa stroberi, nanas, cokelat, dsb. Semuanya terlihat enak. Hanya saja ada satu masalah.

Rasa apa yang disukai Ara?

Selama tiga tahun terakhir ini, Eugene hanya memerhatikan Ara dari jauh. Ditambah lagi ia hanya bisa datang saat malam hari. Jadi ia benar-benar tidak tahu apa benda atau rasa favorit putrinya.

"Stroberi."

"Apa?"

"Saya suka stroberi, tolong belikan," ujar Ren tanpa rasa bersalah.

"Aku tak menanyakan kesukaanmu. Dasar tidak tau diri."

"Lebih baik tidak tau diri seperti saya daripada tidak tau apa rasa favorit anak sendiri," ejeknya yang kini udah berada di ambang pintu. Hingga akhirnya ia lenyap begitu saja.

Fragile FantasyTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang