20

159 31 1
                                    

"Kau mengenalnya?" Aku bertanya sambil melihat gadis itu yang sedang dibantu Zeke. Berbekal kunci yang ia curi saat membuat penjaga tadi pingsan.

"Sebenarnya tak yakin, tapi ... kurasa dia putri mahkota dari Kekaisaran Lumia? Ta--"

"Ya, kau benar untuk itu. Ugh-- di sini pengap." Gadis itu keluar dari sel dan berdiri di hadapanku. Senyuman cerah itu mulai terukir di memoriku.

"Namaku Catlyn la Lumina, dari delegasi Kekaisaran Lumia. Sekaligus putri mahkota di sana."

Oh. Dewa. Ini. Mengejutkan.

Sekarang aku paham. Mimpi burukku ... adalah gambaran masa depan yang terjadi jikalau aku tak menyelamatkan sosok ini. Karena dia adalah figur penting di negeri seberang. Perang bisa saja pecah jikalau putri mahkota mereka tewas di sini.

Putri Catlyn berjongkok dan menangkup pipiku. Tangannya begitu dingin sehingga membuatku sedikit terkejut.

"Ternyata kamu yang dia maksud."

Huhh? Apa dia mengenalku? Dan siapa dia yang dimaksud?

"Y-your Highness, are you okay?" Wanita dengan pakaian kotor nan rusak itu langsung menghampiri sang majikan. Mengecek keadaannya sebelum bernapas lega.

"I'm fine, Eva." Putri Catlyn menepuk bahu pelayannya itu.

Liam mengatupkan mulutnya, tak tahu harus bereaksi apa. Tapi ... aku dapat merasakan tatapan tajam miliknya yang ingin menagih penjelasan.

Jika dipikir ulang pun tindakanku memang aneh. Anak normal mana yang mau datang ke tempat berbahaya untuk menyelematkan orang? Dan orang tersebut adalah anggota kekaisaran sebelah? Ditambah lagi tiga anak-anak menyusup ke dalam benteng dengan damai? Ini semua di luar logika.

Tapi simpan itu untuk nanti.

"Kita harus segera keluar. Takut ketahu--"

Clangg!

Suara gelas tembaga yang jatuh itu mengalihkan atensi kami. Seorang pria tua asing tengah melongo melihat kami.

"P-PENYUSUP!"

Dan ya, sepertinya kita akan dalam bahaya. Sungguh komedi sekali hidup ini.

---

Kini malam telah datang. Namun mereka tak kunjung menemukan jalan keluar. Setelah menyusuri setiap gang di ibu kota, mereka tak menemukan yang dicari.

"Sepertinya mereka tak ada di sini, Your Grace. Apa ada tempat lain yang belum kita sisir?"

Eugene menatap Steve-salah seorang prajurit dari delegasi-dengan wajah masam. Kini mereka terpaksa bersama untuk mencari markas penculik. Lagipula apa salahnya menambah anjing pelacak, pikir Eugene.

"Tuan," panggil Glen yang kini mendekati kuda yang Eugene tunggangi, "saya rasa kita harus mencari di sana."

"Di sana? Di mana itu, Sir Glen?" Steve menimbrung dalam percakapan. Ia ingin melanjutkan perjalanan, tak peduli seberapa jauh yang ia tempuh, dia akan menemukan tuan putrinya.

"Daerah para undead. Walau sepertinya tidak mungkin, tapi di sana satu-satunya tempat yang belum kita telusuri."

Steve mengangguk mendengar penjelasan Glen itu. "Baiklah, kita coba cek saja di sana. Mel--"

"Tapi Sir Steve, ada masalah untuk itu. Alasan tempat itu dikecualikan adalah ... karena kita harus melewati hutan, jadi ak--"

"Kita akan pergi." Eugene memutus percakapan itu dan segera menarik kekang kudanya.

Fragile FantasyTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang