11

632 92 0
                                    

Aku masih terbayang ucapan terakhir Grand Duke. Benar-benar membuatku heran setengah mati.

"Untuk pertanyaanmu tadi, kuharap kamu melakukan hal yang sama, entah itu pangeran atau kaisar."

Aku tahu jika Grand Duke memang sedikit gila. Tapi aku tak menyangka ia akan segila ini.

Mungkin jika ia yang melakukannya akan selamat, tapi aku? Bisa-bisanya aku dijatuhi hukuman mati karena mengabaikan anggota kerajaan!

Hahahaha, sungguh komedi sekali ayahku satu itu.

"Ah, kamu sudah datang?"

Aku mendongak dan pandangan mataku terkunci pada seorang perempuan yang duduk di atas kursi roda. Senyum teduh itu membuatku terpana untuk sesaat.

Surai pirang yang berkilau dan juga mata merah pekat yang memikat. Terlebih lagi air mukanya yang terlihat sangat tenang dan membawa kedamaian dalam hati.

Sadar dengan kenyataan, aku langsung memberi salam padanya.

"I, Alabella de Claly, greeting to the one and only plincess of Empire. May gloly always be with the empiyel."

Oh sial, kenapa lidahku tidak panjang-panjang hah? Urgghh, lama-lama aku kesal dengan cadelku ini.

"Welcome, Young Lady Clary."

Omong-omong, suaranya begitu lembut. Dia sudah seperti saintess di cerita yang pernah aku baca dulu. Tipikal perempuan baik hati tanpa ada niat tersembunyi sepertiku.

Aku segera duduk di hadapan Putri Rena. Manik mata merah perempuan itu tak lepas dariku. Seakan-akan ia tengah menatap seseorang yang ia rindukan sejak lama.

"Kamu benar-benar mirip dengan ibumu."

Apa ia mengenal ibuku?

Pelayan pun mulai menyuguhkan air kuning jernih itu ke cangkirku. Uap hangat dan aroma apel yang khas itu berhasil membuatku sedikit rileks.

Hei, Dewa Kaerus, apa wanita di hadapanku ini baik?

[Dewa Kaerus: Dia tidak memiliki niat jahat sama sekali untukmu. Juga ia adalah teman lama ibumu.]

Teman lama ibuku?

Aku mengangkat cangkir di hadapanku dan mulai meminumnya. Sesekali melirik Putri Rena yang masih menatapku penuh senyuman.

Bulu kudukku berdiri. Entah mengapa aku merasa ada hal yang tidak beres.

"Apa kamu datang dengan Grand Duke?" tanya Putri Rena setelah diam beberapa saat.

Aku meneliti raut muka sosok di hadapanku ini sebelum akhirnya menjawab, "Benal, Yang Mulia."

"Astaga, kamu gemas sekaliii."

Huh?

"Ya Dewa, mungkin seperti ini penampakan ibumu saat masih kecil." Putri Rena terus berceloteh.

Aku hanya diam dan sesekali tersenyum canggung. Tentu saja aku tidak bisa menimpalinya. Sosok yang dibicarakannya pun aku tak pernah melihatnya. Bahkan potretnya saja aku tidak pernah melihat.

Terkadang aku bertanya, 'kenapa tidak ada lukisan wajah ibuku di rumah?'

Tentu saja pertanyaan itu tak pernah terjawab. Aku menyimpannya sendiri di dalam hati, bahkan Dewa Kaerus tak pernah menyinggungnya sama sekali selama tiga tahun terakhir.

Fragile FantasyTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang