Part 5

1.1K 203 63
                                    

Jangan lupa vote atau komen ya temen-temen, terima kasih:)

*

guys, sekali lagi aku kasih tahu ya kalau cerita ini latar kerjaannya emang intel tentara tapi itu nggak akan aku jelasin sedetail mungkin, paling cuma beberapa point yang jadi alur cerita. soal tugasnya yang memata-matai emang benar tapi segala macam nama kelompok, tempat atau organisasi yang ada itu fiksi, karangan, intinya alur dan segala macamnya itu fiksi.

di sini aku cuma mau menekankan dan membahas tentang hubungan jaemin dan lia. intinya yang jadi pusat dari cerita ini ya hubungannya jaelia.

sekian, terima vote dan komen, wkwkw

*

Jarak dari rumah Lia ke gedung apartemennya memang lumayan jauh tapi berjalan kaki seperti ini tidak jadi masalah karena Jaemin sudah terbiasa. Bahkan mendaki gunung pun sering, ini sih tidak seberapa. Bukannya masuk ke unitnya, Jaemin malah masuk ke unit Jeno karena mereka sudah tahu password masing-masing jadi dia bisa dengan mudah masuk. Jaemin mendapati Jeno sedang selonjoran di atas sofa dengan sebungkus permen jelly di tangannya.

"Apa kau belum pulang dari tadi? Bajumu belum berganti." Jeno beranjak duduk saat Jaemin akhirnya duduk lalu meraih sebotol air putih yang ada di atas meja.

"Namanya Choi Lia, perempuan yang aku temui di mini market. Dia ternyata anaknya Letnan Jenderal Choi Minho."

Sontak Jeno melotot kaget dan menegakkan tubuhnya. "Serius?"

"Iya, tadi aku melihat ada foto Letnan Jenderal Minho waktu mengantar mobilnya dan dia bilang itu ayahnya. Kau tahu Sersan Mayor Choi Soobin? Dia pacarnya."

"Woah, Letnan yang paling dihormati karena dedikasinya untuk negara itu tinggi. Tadi waktu aku melihat ada namanya di daftar, aku sebenarnya terkejut karena dari gosip yang beredar Letnan Minho itu secara sukarela menawarkan diri untuk menyergap No Mercy. Hebat, aku kira namanya tidak akan dimasukkan ke dalam list." Jeno bahkan melupakan jellynya karena tertarik oleh percakapan dengan Jaemin. "Lalu bagaimana?"

Jaemin mengerutkan alis bingung. "Bagaimana apanya?"

"Kau dan Lia, perkembangannya bagaimana?" Jeno mengedipkan sebelah matanya. "Kau di rumahnya terlalu lama padahal bisa saja kau langsung pulang setelah mengantar mobilnya."

Jaemin melempari Jeno dengan bantal sofa yang ada di dekatnya. "Dia membuatkanku teh hangat jadi mau tidak mau aku diam sebentar. Tehku habis dan aku langsung pulang. Dan sudah tidak ada apa-apa lagi, perkembangan seperti apa yang kau maksud."

"Ya, siapa tahu benih-benih cinta mulai tumbuh. Atau bisa saja dia sudah menyukaimu karena sering bertemu dan kau juga sering membantunya." Jeno terkekeh pelan. "Tapi kalau kau tidak ada niat menjalin hubungan lebih baik jangan terlalu memberinya harapan. Nanti dia salah paham dan mengira kau menyukainya. Aku memang sering mengejekmu dan berharap kau benar-benar jatuh cinta tapi lebih baik jangan kalau tidak serius karena dia pernah kehilangan dua orang sekaligus. Kasihan juga."

Suara dering ponsel Jeno mengalihkan perhatian mereka. Awalnya Jeno tidak berniat mengangkatnya karena malas meraih ponselnya yang ada di atas meja tapi Jaemin bilang itu panggilan dari Yeji.

"Jangan main-main," desis Jeno saat Jaemin berjalan melewatinya untuk kembali ke unitnya.

Memilih untuk tidak percaya, Jeno ragu-ragu tapi akhirnya meraih ponselnya yang sudah berhenti berdering, ternyata itu benar dari Yeji. Sontak Jeno langsung menelpon balik.

*

Entahlah, Jaemin juga heran kenapa akhir-akhir ini dia sering sekali bertemu dengan Lia. Bukan apa-apa, hanya saja, tidak dipungkiri kalau Jaemin juga memiliki ketertarikan dan punya rencana untuk mendekati Lia tapi hanya untuk main-main, main-main dalam artian ya hanya sekedar kenalan tapi setelah tahu kalau Lia memiliki bekas luka mendalam karena kehilangan dua orang sekaligus, Jaemin memilih untuk tidak main-main.

ALL MEN DO IS LIE [JAELIA✔️]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang