Part 10

1K 162 40
                                    

Jangan lupa vote atau komen ya temen-temen, terima kasih:)

*

"Kak-" Renjun meletakkan peralatan yang dipegangnya dan menatap Yuta yang duduk di dekatnya. "Apa Kakak tidak merasa curiga terhadap Ares dan Dion?"

Yuta mengangkat alisnya bingung. "Maksudmu?"

"Coba Kakak pikir, mereka selalu tidak masuk kerja setiap hari senin. Dari enam bulan yang lalu sejak mereka bekerja di sini, mereka selalu izin tidak masuk setiap hari senin dan mereka tidak pernah mau memberitahu alasannya. Mereka juga sering mendadak keluar sebentar atau mendadak izin seperti ini. Kemarin izin, hari ini juga izin dan alasannya tidak jelas."

Sebelumnya, Yuta memang tidak mempermasalahkan kenapa Jaemin dan Jeno selalu izin tidak masuk kerja setiap hari senin hingga akhirnya Renjun menyuarakannya. Yuta sempat merenungkan ucapan Renjun dan setelah lima menit larut dalam pikirannya sendiri, dia menatap Renjun tapi seulas senyum tipis terpatri di wajahnya.

"Iya ya, aku tidak masalah waktu mereka bilang izin libur tapi setelah dipikir kau ada benarnya juga dan itu setiap hari senin?" Yuta terlihat berpikir lagi.

"Dan lagi, nama mereka aneh. Harusnya kalau asli Korea, namanya pasti seperti yang lain, ada marganya. Tapi ini, nama mereka seperti nama orang luar negeri. Kakak dengar 'kan waktu aku tanya mereka kenapa nama mereka seperti nama orang luar, mereka menjawab orang tua mereka memang menyukai nama seperti itu." Renjun semakin memperjelas berbagai kecurigaannya di depan Yuta.

"Iya, ya." Yuta bergumam pelan. Tapi setelahnya, Yuta benar-benar tidak menghiraukannya.

*

Jam menunjukkan pukul enam pagi, Jaemin menggeliat pelan dan beranjak duduk kemudian menguap lebar lalu menatap Lia yang tertidur di sampingnya. Semalam mereka berdebat bagaimana baiknya apakah Lia akan menginap atau pulang. Tentu saja Lia ingin menginap dengan berdalih mau merawat Jaemin tapi Jaemin bersikeras ingin mengantar Lia pulang karena dia tidak mau kebablasan. Lalu pada akhirnya kalian tahu sendiri kalau Jaemin si kejam kalah berdebat dengan Lia.

Pemikiran Jaemin untuk tidak berkomiten terhadap suatu hubungan yang terikat yaitu pernikahan masih bertahan. Walaupun sudah merasa bisa menyukai Lia sebanyak ini tapi untuk berkomitmen, dia tidak mau. Seperti sebelumnya, bagaimana hubungan mereka ke depannya dipikirkan nanti saja.

Wajah damai Lia yang sedang pulas cukup menarik perhatian Jaemin sebab terlihat sangat cantik. "Tidak semua orang punya takdir yang sama, Lia. Kalau kau takut pacaran dengan orang yang punya pekerjaan seperti ayahmu atau pacarmu sebelumnya karena takut akan bernasib sama, itu pemikiran yang salah tapi tidak semuanya salah juga, kalau memang sama ya sudah, mau diapakan lagi, berdoa bertahun-tahun pun tidak akan mengubah segalanya. Kuasa tertinggi ada pada Tuhan dan takdirnya itu mutlak, tidak bisa diganggu gugat," gumam Jaemin dan berlalu ke kamar mandi.

Lia menggeliat pelan dalam tidurnya lalu perlahan membuka mata dan menatap jam dinding, pukul enam lewat lima belas menit. Jaemin keluar dari kamar mandi hanya dengan handuk yang melilit tubuh bagian bawahnya. Lia sempat bengong saat menatap beberapa bekas luka milik Jaemin yang belum hilang sempurna, masih ada guratan kecil.

"Kenapa tubuhmu penuh bekas luka?" Lia beranjak dan mendekati Jaemin yang sedang memilih baju di depan lemari pakaian. "Res-"

"Ya, karena aku pernah terluka," jawabnya santai.

Lia menarik tangan Jaemin dan membuatnya duduk di tepi ranjang. "Tunggu, aku akan menggantikan perbannya untukmu."

"Jangan!" sergah Jaemin dan menahan tangan Lia yang hendak mengambil kotak obat. "Lukanya besar dan lumayan dalam, sudah dijahit tapi nanti kau tidak bisa melihatnya jadi jangan, biar nanti aku yang ganti sendiri."

ALL MEN DO IS LIE [JAELIA✔️]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang