Part 12

918 154 52
                                    

Jangan lupa vote atau komen ya temen-temen, terima kasih:)

*

Taeyong menyodorkan segelas cokelat hangat di depan Yeji setelah sebelumnya dia mengajak Yeji untuk berkunjung ke apartemennya. Yeji sempat menatap sekeliling, terdapat banyak benda-benda berbau tentara di dalam apartemen kakaknya. Seperti seragam Taeyong yang tersampir di sofa juga foto Taeyong bersama anggotanya.

"Kak, aku tahu kita beda ayah tapi bisakah Kakak menganggapku adik kandung Kakak, karena setahuku jika beda ayah hitungannya saudara tiri." Yeji menatap Taeyong yang sedang mengaduk kopi hangatnya. "Aku benar-benar tidak punya siapa-siapa lagi. Setidaknya, kita berbagi ibu yang sama."

"Apa ayahmu tahu keberadaanmu?" tanya Taeyong dan menatap lurus ke arah Yeji. Yeji masih diam, mau bicara jujur dia sudah berjanji akan merahasiakan siapa ayahnya dan kalau menjawab pertanyaan Taeyong sekarang maka kemungkinan Taeyong akan tahu kalau ayahnya Presiden Park. Taeyong tersenyum sinis. "Tidak tahu atau pura-pura tidak tahu atau bahkan memintamu untuk tidak mengatakan kau anak siapa?"

Yeji sontak mendongak, semula dia menunduk, begitu kaget akan pertanyaan Taeyong. "Maksud Kakak?"

"Presiden Park Jungsoo, dia ayahmu dan aku tahu itu. Lalu kau menjalin hubungan dengan seorang intel bernama Lee Jeno. Benar?"

"Kak, dari mana—"

"Dari mana aku tahu?" tanya Taeyong dan Yeji mengangguk. "Aku bekerja dengan Lee Jeno jadi aku tahu semuanya. Ah, apa kau tahu pekerjaan seperti apa yang digeluti Jeno?"

"Iya, aku tahu," jawab Yeji lalu menatap Taeyong lagi. "Kakak juga seorang intel?"

"Aku atasannya."

"Kak, tolong jangan beritahu siapa-siapa kalau aku anaknya Park Jungsoo. Masa jabatan ayah memang tinggal satu tahun lagi tapi aku tidak ingin merusak momennya itu. Lagipula akhir-akhir ini ayah sering menanyakan kabarku walaupun lewat Kak Rose. Ayah juga kadang mengirimiku uang jajan tapi di samping itu aku juga membuka sebuah cafe jadi aku mendapat penghasilan dari sana." Yeji sekarang sudah tidak apa-apa karena merasa kebencian yang terpendam dalam hatinya hanya akan membuat dadanya sesak. Hidupnya yang sederhana membuatnya baik-baik saja dan sangat merasa cukup.

Taeyong tersenyum tipis. "Apa kau tidak membencinya? Sejak kecil kau ditelantarkan olehnya, bahkan tidak diakui. Ibu membesarkanmu sendirian bahkan kau mengurus ibu sendiri saat dia sakit. Lalu apa pedulinya? Tidak ada. Dan kau bersikap biasa saja padanya? Bukankah harusnya kau akan menghancurkan hidupnya atau setidaknya menaruh kebencian padanya?"

"Sekarang aku balik bertanya pada Kakak, apa Kakak sebegitu bencinya pada ibu hingga di akhir napas ibu Kakak tidak ada di sana? Selama ini Kakak ke mana? Apa Kakak tahu kalau setiap hari ibu bilang bahwa dia merindukan Kakak? Tapi kata ibu, Kakak tidak mau menemuinya." Yeji menitikkan air mata sebab hampir setiap hari Yeji mendengar bahwa Yumi mengatakan merindukan anak laki-lakinya tapi Yeji bahkan tidak tahu siapa dia, waktu itu.

Tatapan Taeyong berubah tajam. "Wanita itu menelantarkanku bersama ayahku, berselingkuh dengan ayahmu padahal ayahku sangat mencintainya. Apa kau tahu bagaimana waktu itu aku memohon padanya agar tidak pergi? Tapi dia dibutakan oleh cinta sesaatnya dengan Park Jungsoo. Kalau kau tidak tahu apa-apa lebih baik kau diam." Taeyong meletakkan gelas minumannya di atas meja dengan keras.

Yeji menelan ludah gugup. Dia tahu dia salah, dia juga tahu kalau ibunya memang berselingkuh. Jadi dia memilih diam setelah melihat kemarahan Taeyong.

"Pulanglah, jangan buat aku semakin marah," lanjut Taeyong dan berlalu ke kamarnya, meninggalkan Yeji yang termangu di ruang tengah.

*

ALL MEN DO IS LIE [JAELIA✔️]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang