Part 26

862 141 36
                                    

Jangan lupa vote atau komen ya temen-temen, terima kasih:)

*

Jeno menatap kosong ke arah nisan bertuliskan Hwang Yeji. Tatapannya terlihat sayu, matanya bengkak, hidungnya masih memerah, bahkan wajahnya terlihat pucat. Semalaman dia menangis hebat ketika mengingat bahwa kemarin dia berpisah dengan Yeji secara tidak baik. Dan sekarang mereka bertemu dalam keadaan memilukan, di mana tubuh Yeji sudah tak bernyawa lagi. Pendarahan yang dialami Yeji cukup parah hingga tak bisa diselamatkan, benturannya sangat keras.

Pemakaman diadakan secara tertutup sebab Presiden Park dan juga Rose menghadirinya. Banyak pengawal yang berjaga, takut-takut akan ada serangan tiba-tiba.

Di pinggir area pemakaman, Taeyong mengamati dari kejauhan lengkap dengan baju hitam serta kaca mata hitam yang bertengger di hidungnya. Dia bersama Johnny yang semalam menabrak Yeji hingga tewas. Raut wajahnya terlihat datar dan dingin dengan kedua tangan dimasukkan ke dalam saku celana.

"Harusnya kau tidak pergi tadi malam, adikku sayang. Maaf, sekarang beristirahatlah dengan tenang bersama ibu dan sampaikan salamku pada ayahku. Katakan padanya bahwa sedikit lagi aku akan bisa membalaskan dendamnya dan dendamku." Taeyong bergumam pelan kemudian berbalik pergi bersama Johnny. Kini tim No Mercy menyisakan mereka berdua setelah Yuta dan Ten tewas di tangan Jaemin. "Apa kau menemukan flashdisk itu?"

"Tidak, aku sudah bertanya pada pihak ambulan segera setelah mereka membawa Yeji tapi mereka mengatakan tidak menemukan apa-apa." Johnny melajukan mobilnya dengan kecepatan sedang.

"Kemungkinan file aslinya ada pada Jaemin karena dia yang datang ke apartemen Yeji dan memberikan Yeji flashdisknya. Dia juga yang meminta Yeji untuk mengantar flashdisk itu ke Presiden Park." Taeyong mengeluarkan sebuah alat penyadap suara yang sebelumnya dia pasang di bawah meja ruang tengah apartemen Yeji. Jadi, dia tahu segala macam pembicaraan Jaemin dan Yeji tempo hari.

"Jadi sekarang, rencana kita bagaimana?" tanya Johnny.

"Sementara waktu selagi kita menyiapkan segalanya, kita bersembunyi dulu. Aku tidak tahu apakah bukti yang dimiliki oleh Jaemin itu sudah sampai ke tangan Presiden Park atau belum, yang pasti kalau memang sudah sampai maka ponselku akan langsung berbunyi menandakan panggilan dari kantor." Taeyong membiarkan ponselnya tetap aktif untuk mengetahui apakah pihak kantor sudah tahu atau tidak perihal dirinya yang berkhianat.

Sementara itu, Jeno masih saja bersimpuh di dekat makam Yeji dengan air mata yang terus-terusan berlinang sementara Jaemin dan Jaehyun berdiri di belakangnya bersama Lia. Presiden Park dan Rose sudah lebih dulu pergi setelah menyempatkan hadir.

Semalam waktu Rose datang ke ruangan tempat di mana mereka ditahan— mereka belum bisa dibebaskan karena bukti bahwa Taeyong yang melakukannya belum ada, Rose datang dengan berlinang air mata. Setelah sebelumnya memohon pada ayahnya agar dia bertemu dengan Jaehyun dan Jeno, Park Jungsoo langsung menyetujui sebab Rose juga memberitahunya bahwa Yeji kecelakaan.

Jaehyun dan Jeno sontak berdiri dengan raut wajah kaget. "Kau kenapa? Kenapa datang dengan wajah menangis? Apa yang terjadi?" tanya Jaehyun panik.

"Jeno— Yeji, dia, kecelakaan," tangisan Rose akhirnya pecah, biar bagaimanapun juga Yeji adalah adik kandungnya karena satu ayah.

Jeno gemetar, air matanya mencelos begitu saja. Dia langsung berlari keluar dari ruangan, pikirannya tak karuan.

"Aku akan menemani Jeno, nanti ku kabari kalau ada apa-apa." Jaehyun sempat mengelus lengan Rose sebelum akhirnya keluar menyusul Jeno.

Tidak ada yang mencegat karena memang sudah ada perintah dari Moon Taeil yang dihubungi langsung oleh Presiden Park. Taeil memilih untuk percaya, toh kalau dua orang itu kabur maka timnya akan langsung turun tangan.

ALL MEN DO IS LIE [JAELIA✔️]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang