Jangan lupa vote atau komen ya temen-temen, terima kasih:)
*
Setelah Jeno menelpon Yeji balik dan hanya mendengar kata tolong dari Yeji, Jeno langsung kalang kabut dan menyambar jaketnya yang ada di atas ranjang kemudian segera keluar untuk menemui Yeji di unitnya.
Pikiran buruk sempat melintas dipikirannya apalagi Jeno tahu bahwa Yeji tinggal sendiri dan ini sudah menunjukkan jam delapan malam. Bahkan saat turun dan melewati halaman apartemen, Jeno juga melihat kalau Jaemin sedang berbicara dengan Lia. Awalnya mau memberitahu tapi tidak jadi karena tepat saat Jaemin mencium pipi Lia, saat itulah Jeno melihatnya. Jeno hanya bisa mengulas senyum tipis.
Tak butuh waktu lama untuk Jeno sampai karena jarak apartemen Yeji tidak begitu jauh. Jeno segera mencari nomor unit Yeji dan hendak menekan password— yang masih diketahuinya, tapi tidak jadi. Siapa tahu Yeji sudah mengganti dan kalaupun belum nanti kesannya jadi tidak sopan asal masuk saja.
Raut wajah Jeno masih panik begitu Yeji membuka pintu. "Kenapa? Kau kenapa?" tanya Jeno.
"Masuk saja dulu, bicaranya di dalam. Nanti di dengar oleh orang, penyamaranmu bisa terbongkar." Yeji lebih dulu melangkah kembali ke ruang tengah sedangkan Jeno mengangkat alis bingung setelah mendengar ucapan Yeji.
Belum sempat beranjak duduk, Jeno menahan lengan Yeji. "Apa maksudmu?"
"Duduk, Jeno."
"Apa maksudmu?" Jeno kembali menekankan pertanyaannya. Dia belum bisa tenang karena sepertinya Yeji tahu sesuatu. "Hwang Yeji!"
"Sifat aslimu kelihatan. Iya ya, kau adalah aparat negara. Intel, benar 'kan? Sedang menyamar menjadi orang biasa karena ada tugas. Pantas saja selama ini kau sering berbohong padaku tentang pekerjaanmu, hidupmu, siapa dirimu dan di mana kau berada ternyata memang benar intel." Yeji mengulas senyum tipis sembari melepas tangan Jeno yang masih mengenggam tangannya kemudian beralih memeluk Jeno. Sontak Jeno langsung menegang kaget. "Aku sekarang paham kenapa kau selalu berbohong, itu karena identitas tidak boleh bocor 'kan? Maaf ya kalau aku sempat salah paham dan minta putus, itu karena aku memang tidak tahu pekerjaanmu apa."
Bukannya membalas pelukan Yeji, Jeno malah mendorong pelan bahu Yeji dan menatapnya tajam, benar-benar tatapan yang berbeda dari sebelumnya. Yeji sampai menelan ludah gugup saking datarnya raut wajah Jeno.
"Dari mana kau tahu?"
"Kau tenang saja, aku tidak akan memberitahu siapa-siapa."
"DARI MANA KAU TAHU?!" bentak Jeno yang langsung membuat Yeji tersentak kaget hingga tubuhnya sedikit limbung, untung saja tangan kekar Jeno langsung menahannya. Yeji mengerejap beberapa kali dan mencoba menormalkan detak jantungnya dengan menghembuskan napas pelan. "Maaf, aku kelepasan."
Yeji mendongak untuk menatap wajah Jeno. Lalu beralih menarik kerah baju Jeno sedikit dan menatap bekas luka yang hampir hilang, seperti luka sayatan kecil.
"Kalau kau membuka bajumu sepertinya aku akan melihat banyak bekas luka," gumam Yeji, mengabaikan pertanyaan Jeno dari mana dia tahu identitas Jeno. "Jen, aku masih menyayangimu, masih menyukaimu. Tapi setelah tahu pekerjaanmu yang sebenarnya, aku jadi takut. Aku takut suatu saat terjadi hal buruk padamu karena pekerjaan ini risiko terburuknya itu mati. Aku tidak mau ditinggalkan oleh orang yang aku sayang lagi. Hidup sendiri saja sudah cukup membuatku menderita dan kemarin waktu mengenalmu, aku bahagia karena aku masih punya alasan untuk tersenyum tapi sekarang saat aku tahu pekerjaanmu, aku jadi semakin takut. Takut kalau suatu saat aku akan mendengar kabar buruk."
Jeno terdiam, dia menarik tangan Yeji ke dalam pelukannya. Berpacaran selama enam bulan dengan Yeji membuat Jeno menyadari kalau Yeji benar-benar mencintainya karena setiap hari, apapun yang dilakukan Yeji, dia selalu mengirim pesan pada Jeno tentang kegiatannya. Jeno hanya terlalu brengsek untuk membohonginya terus. Tapi, selama itu, Jeno bahkan tidak tahu tentang keluarga Yeji. Jeno tidak mempertanyakan lebih lanjut tentang di mana keluarga Yeji dan kenapa bisa Yeji tinggal sendiri.
KAMU SEDANG MEMBACA
ALL MEN DO IS LIE [JAELIA✔️]
Fiksi Penggemar[TERBIT dan MASIH DAPAT DIBELI] We all have a story we will never tell. ©dear2jae 2021.