Part 8

1K 164 36
                                    

Jangan lupa vote atau komen ya temen-temen, terima kasih:)

*

TW // Mention of Death
guys di part ini ada sedikit kekerasan yang diceritakan kalau nggak sanggup baca di skip aja.

Seperti tidak ada apa-apa, mereka bertiga ditugaskan untuk berangkat ke Incheon setelah beberapa saat yang lalu salah satu anggota yang bertugas di sana melapor bahwa mereka didatangi oleh orang tak dikenal. Bahkan beban pikiran mereka tidak ada, tidak ada yang dikhawatirkan. Jaehyun memang punya Rose yang sudah mengerti akan pekerjaan yang digelutinya tapi Jaehyun tidak menjadikan Rose beban. Apapun yang terjadi nantinya, maka terjadilah. Begitupun Jeno, Yeji memang sudah paham tapi saat ini Jeno tidak memiliki beban apapun. Apalagi Jaemin yang jelas-jelas tidak punya apa-apa untuk dikhawatirkan. Lia? Oh hey, mereka baru kenal, pikir Jaemin.

"Kenapa kau lama angkat telpon?" tanya Jeno ketika mereka sedang dalam perjalanan. "Lagi kencan bersama Lia?"

Jaemin memilih untuk tidak menimpali, dia hanya menggelengkan kepalanya perlahan dan memejamkan matanya sejenak. Sialnya, ucapan Haechan benar-benar melekat di kepalanya. Sebenarnya ada dua pilihan bagi Jaemin, jujur akan pekerjaannya supaya Lia tidak mengganggunya lagi— dalam artian, jika tidak ingin menyakiti Lia maka dia bisa jujur lalu pilihan kedua tidak jujur dan tetap membiarkan Lia mempercayai apa yang dilihatnya— dalam artian Jaemin adalah orang biasa yaitu laki-laki yang bekerja di bengkel dan tidak punya resiko tinggi dalam bekerja. Bisa saja Jaemin langsung memilih opsi pertama tapi sekarang kenapa dia masih bimbang? Ya karena dia sudah mulai merasakan ketertarikan pada Lia.

"Nama pacar barunya Jaemin, Lia ya?" tanya Jaehyun ketika sedang sibuk mempersiapkan tamengnya— senjata dan beberapa pisau lipat. "Perempuan yang kau temui di mini market berlanjut ya?"

"Kak, dia anaknya Letnan Jenderal Choi Minho," sahut Jaemin dan membuka matanya. Seketika Jaehyun langsung menatap Jaemin, meminta penjelasan lebih. Memangnya siapa sih yang tidak tahu sosok Choi Minho, pria itu memliki dedikasi yang tinggi untuk negara dalam menangani kasus terorisme. "Awalnya aku memang berniat untuk mendekatinya, kenalan. Tapi saat tahu kisah hidupnya, aku jadi kasihan dan tidak mau menyakitinya lebih banyak karena dari yang aku dengar dia punya trauma yang mendalam karena kehilangan ayahnya dan pacarnya sekaligus."

"Pacar?"

"Choi Soobin, dia pacarnya Lia tapi ikut gugur saat memberantas No Mercy empat tahun yang lalu."

"Wow, interesting." Jaehyun bergumam pelan. "Jangan kalau begitu, aku juga ikut kasihan kalau misalnya dia tahu pekerjaanmu. Apalagi yang lebih mengejutkan, kau masih mengejar team yang sama dengan yang diberantas oleh ayahnya empat tahun yang lalu."

Jaemin tertawa sumbang dan ketika mereka sampai, mereka akhirnya bersiap turun setelah memakai pakaian lengkap. Bukan pakaian resmi melainkan pakaian serba hitam selayaknya orang misterius, topi hitam, masker dan tak lupa rompi anti peluru untuk berjaga jika serangan terjadi.

Begitu mereka menapakkan kaki di titik yang menjadi lokasi terakhir terdeteksinya sinyal mereka, suasana sunyi. Jaehyun memberi arahan untuk berpencar ke segala arah lalu Jaemin mengitari ke arah kiri dan Jeno ke arah kanan sedangkan Jaehyun berjalan lurus.

Benar-benar sunyi senyap hingga Jaemin heran, dia menyalakan senternya ketika kakinya mengenai sesuatu yang menghalangi jalan ternyata itu adalah mayat salah satu anggota mereka. Jaemin sempat terhenyak sebab darah segar masih mengalir pada pelipisnya. Jaemin kemudian merogoh saku rekannya yang sudah tak bernyawa dan menemukan sebuah ponsel ternyata dia lah yang sempat mengirim pesan tapi naas mereka terlambat datang dan tak bisa menyelamatkannya.

ALL MEN DO IS LIE [JAELIA✔️]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang