Jangan lupa vote atau komen ya temen-temen, terima kasih:)
*
Jaemin akhirnya sadar dan perlahan membuka mata setelah hampir tiga puluh menit pingsan. Badannya semakin terasa nyeri, sepertinya tubuhnya akan penuh lebam akibat pukulan dari Yuta. Luka pada pelipisnya sudah dilapisi plester. Wajahnya sudah bersih dari noda darah.
Tiga puluh menit yang lalu, Lia dan Jeno sempat berdebat. Lia ingin membawa Jaemin ke Rumah Sakit sedangkan Jeno melarangnya. Bahkan ketegangan itu terjadi di jalan saat Jeno menggendong tubuh Jaemin setelah sebelumnya Lia menghubungi melalui ponsel Jaemin. Dan kini, Lia masih duduk di tepi ranjang, menatap Jaemin yang perlahan beranjak duduk sambil meringis kesakitan. Lia memang berkata bahwa dia membenci Jaemin, bahwa dia tidak ingin melihat Jaemin lagi tapi nyatanya rasa khawatir setelah melihat kondisi Jaemin menguasai dirinya.
"Apa yang terjadi?" tanya Jeno seraya menyodorkan sebotol air mineral pada Jaemin.
Jaemin sempat menatap Lia yang masih terdiam di tepi ranjangnya. Matanya benar-benar bengkak, sepertinya menangis semalaman. "Kau tidak mau pulang? Kau bilang kau membenciku dan bahkan tidak mau melihatku lagi jadi kenapa kau masih di sini sekarang?"
Lia memang tidak mau menangis lagi tapi siapa saja yang diperlakukan seperti ini pasti akan merasa sedih. Apalagi perlakuan dari orang yang sebelumnya dia anggap sangat baik tapi ternyata tidak sebaik yang dia kira. Air mata Lia kembali menetes, dia meremat ujung bajunya sambil menunduk.
"Sudahlah, jangan terlalu keras padanya." Jeno menyela. Merasa paham kalau Lia terlihat khawatir saat ini tapi juga paham kalau Jaemin terlihat sangat terpaksa melakukannya. "Apa yang terjadi sampai kau bisa seperti ini? Kau bilang mau ke bengkel tapi kenapa kembali dalam keadaan begini?"
"Taeyong memang dalang di balik semua ini, dia adalah bagian dari No Mercy. Dan Yuta— ah, sialan, selama ini kita memang tertipu. Dia juga bagian dari No Mercy, dia tadi memang memintaku datang dan saat aku datang dia langsung menyerangku." Jaemin membuka bajunya dan memperlihatkan lebam yang ada pada pundak sebelah kirinya. "Lihat- oh sialan, sudah membiru."
"Jadi, dari awal ini semua sudah terencana? Mulai dari saat Taeyong mengarahkan kita untuk bekerja di bengkel itu lalu memberitahu kita target yang salah. Sialan, pantas saja Yuta tidak pernah bertanya kenapa kita selalu absen setiap hari senin ternyata dia sudah tahu." Jeno bahkan terkekeh, sudah terlalu lelah dibodohi oleh keadaan. "Lalu sekarang, Yuta bagaimana?"
"Mati, aku membunuhnya." Jaemin menjawab dengan enteng dan tanpa beban seolah membunuh bukan hal besar baginya.
Tapi jawabannya itu langsung membuat Lia terlonjak kaget dan menatap Jaemin dengan raut wajah tegang. Jaemin hanya mengulas senyum tipis dan membalas tatapan Lia, tatapan yang menyiratkan kerinduan yang tidak bisa tersampaikan, tatapan lembut yang pernah Lia lihat sewaktu Jaemin bicara dengan nada pelan padanya.
"Kau— membunuh seseorang?" tanya Lia dengan suara bergetar. Air matanya kembali menetes. Baru kemarin rasanya Jaemin memperlakukannya dengan sangat baik, baru kemarin rasanya Jaemin selalu mengalah padanya, mencium keningnya yang kata Jaemin bisa menyalurkan rasa hangat, menggenggam tangannya saat dia kedinginan. Tapi hanya dalam waktu singkat Jaemin langsung berubah menakutkan. "Ares-"
"Iya, aku membunuh seseorang jadi berhentilah menyukaiku, aku bukan orang yang baik." Jaemin kemudian beranjak untuk ke kamar mandi, meninggalkan Lia yang masih terdiam serta Jeno yang hanya bisa geleng-geleng kepala melihatnya. Jaemin sempat berbalik dan menatap Lia yang juga sedang menatapnya. "Carilah laki-laki yang lebih baik dariku, yang bisa selalu ada di sampingmu, yang bisa memahami kemauanmu tanpa perlu dibuat sadar sepertiku, dan yang terpenting adalah yang tidak punya resiko tinggi dalam pekerjaan. Kau tahu sendiri bukan kalau aku bisa mati kapan saja jadi lebih baik kita sudahi semua ini jika memang kau tidak mau menjalin hubungan dengan orang yang punya pekerjaan seperti ayahmu. Maaf kalau selama ini aku sudah membuatmu sakit hati, maaf karena aku tidak pernah bisa memahamimu hingga membuatmu kesal. Lagipula, aku juga tidak punya komitmen untuk menikah."
KAMU SEDANG MEMBACA
ALL MEN DO IS LIE [JAELIA✔️]
أدب الهواة[TERBIT dan MASIH DAPAT DIBELI] We all have a story we will never tell. ©dear2jae 2021.