Part 25

902 151 82
                                    

Jangan lupa vote atau komen ya temen-temen, terima kasih:)

*

Tiga hari sudah Jaemin tidak beraktifitas dan tiga hari sudah Lia menemaninya bahkan Lia sampai izin untuk tidak masuk bekerja. Jaemin tidak memintanya untuk tetap diam dan menjaganya, dia lebih baik sendiri karena selama tiga hari ini Lia tidak membiarkannya beraktifitas sama sekali dan itu membuat Jaemin merasa frusatsi sebab dia lebih baik bergerak dari pada harus duduk diam tidak melakukan apa-apa. Jaemin terbebas hanya untuk ke kamar mandi, selebihnya seperti mengambil air di kulkas atau mengambil snack, Lia yang ambilkan.

"Serius, aku lebih baik bergerak dari pada terus duduk diam seperti ini. Kalau terus diam, aku bisa-bisa tidak akan sembuh dan malah tambah sakit." Jaemin menggerutu dari pinggir ranjang sambil memperhatikan Lia yang sedang menonton televisi. "Choi Lia!"

Lia berdecak dan menengok. "Kau sudah bergerak, bahkan selama tiga malam aku menginap di sini kau selalu bergerak. Kita bergerak bersama bahkan sampai mengeluarkan keringat. Apa itu tidak termasuk gerakan?"

Beruntung mereka hanya berdua jadi Jaemin tidak terlalu menanggung malu seperti sebelumnya, saat Lia berbicara tentang apa yang mereka lakukan ketika ada Sungchan. Kepala Lia terkena lemparan bantal oleh Jaemin.

Jaemin kembali meringkuk di atas ranjangnya seraya mengeluarkan ponselnya dan menatapnya agak lama. Selama tiga hari ini, Jaemin tidak hanya berdiam diri dan tidak melakukan apa-apa tapi dia memutar otak, bagaimana cara agar dia sampai ke rumah Presiden Park tanpa diketahui oleh Taeyong. Jaemin yakin bahwa Taeyong sedang mengawasinya jadi saat ini dia tidak mau bertindak ceroboh lagipula Presiden Park dan Pimpinan Moon Taeil akan menunggu.

Nama Yeji kembali terlintas di kepalanya. Sebelumnya, Jaemin memang memberikan flashdisk itu pada Yeji untuk berjaga-jaga kalau dia tidak bisa pergi ke rumah Presiden Park maka dia akan meminta tolong pada Yeji. Sekarang, Jaemin akan meminta tolong saja pada Yeji dari pada semuanya terus tertunda karena dia sedang sakit.

Jaemin beranjak dan berjalan ke arah balkon lalu mengetikkan nomor ponsel Yeji yang dia ingat. Cukup lama Jaemin termenung menatap nomor ponsel itu, berkali-kali dia menghela napas berat, dan pada akhirnya dia memanggilnya.

"Halo."

"Bisakah kau mengantar flashdisk itu ke rumah ayahmu? Tolong, situasinya benar-benar urgent. Kemarin aku sempat akan masuk ke rumah ayahmu tapi ada sesuatu yang mendesak jadi aku kembali. Sekarang aku sedang dalam pemulihan karena sakit jadi ku mohon, antarkan flashdisk itu ke ayahmu dan katakan bahwa itu dari aku. Ayahmu akan mengerti."

"Iya, aku akan mengantarnya. Terima kasih karena sudah membuatku sadar bahwa Kak Taeyong bukanlah orang yang baik dan terima kasih sudah menyelamatkan Jeno dengan bukti ini."

"Tidak, kau tidak perlu berterima kasih karena kau sendiri yang akan menyelamatkan Jeno dengan flashdisk itu. Hati-hati, kabari aku segera jika sesuatu terjadi, pastikan tidak ada yang mengikutimu, kalau memang ada atau ada yang kau curigai, segera hubungi aku dan segera kabari aku jika kau sudah mengantarkannya dengan selamat."

"Iya, aku akan mengabarimu segera."

Panggilan tertutup diiringi helaan napas dari Jaemin. Tanpa Jaemin sadari, Lia ternyata sedang berdiri di ambang pintu balkon. Lia segera berhamburan memeluk Jaemin dan berbisik bahwa semuanya akan baik-baik saja. Bahkan dalam hati, Lia berdoa untuk keselamatan orang yang ditelpon oleh Jaemin.

*

Setelah panggilannya dengan Jaemin selesai, Yeji segera meraih jaketnya dan membuka laci nakasnya lalu mengambil flashdisk yang diberikan oleh Jaemin beberapa hari yang lalu. Selama beberapa hari ini, Yeji juga memikirkan ucapan Jaemin tentang keburukan Taeyong, juga memikirkan kondisi Jeno setelah Jaemin memberitahunya bahwa Jeno disiksa. Sekarang, Yeji sudah memutuskan bahwa dia akan pergi menyelamatkan Jeno dengan flashdisk ini.

ALL MEN DO IS LIE [JAELIA✔️]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang