Akhir pekan telah tiba. Emily, Harry, Ron, dan Hermione merencanakan akan mengunjungi Hagrid pada hari Sabtu pagi. Sekarang Emily, Ron, dan Hermione sedang duduk di tribun menunggu Harry yang masih latihan Quidditch. Tak lama mereka bertiga melihat Harry berjalan ke lapangan.
"Kalian belum selesai?" tanya Ron heran.
"Mulai saja belum." kata Harry lemas.
"Kau belum sarapan kan?" kata Emily sambil menyodorkan roti panggang berselai yang dibawanya dari Aula Besar.
"Kau yang paling mengerti, Em." kata Harry sambil memakan roti isinya sampai habis. "Wood tadi mengajari kami taktik baru."
Harry naik ke sapunya dan menjejak tanah, melesat ke udara. Dia terbang mengelilingi stadion dengan kecepatan penuh, berlomba dengan Fred dan George.
"Bunyi ceklak-ceklik aneh apa itu?" kata Ron.
Tak jauh dari mereka, Colin duduk di salah satu tempat duduk yang paling tinggi, kameranya terangkat, tak putus-putusnya memotret, bunyinya di perbesar secara aneh di stadion kosong itu.
"Lihat sini, Harry! Ke arah sini!" teriaknya nyaring.
"He need to stop." kata Emily heran.
Beberapa anak berjubah hijau berjalan memasuki lapangan, dengan sapu di tangan. Oliver menukik ke tanah, menghampiri mereka, diikuti oleh Harry, Fred, dan George.
"Flint!" Oliver berteriak kepada kapten Slytherin. "Ini waktu latihan kami! Kami khusus bangun pagi! Kalian menyingkir dulu!"
Marcus Flint bahkan lebih besar daripada Oliver. Wajahnya licik seperti troll ketika dia menjawab, "Ada banyak tempat untuk kita semua, Wood."
Angelina, Alicia, dan Katie juga sudah mendekat. Tak ada anak perempuan di tim Slytherin— yang berdiri berdempetan bahu, menghadapi tim Gryffindor. Mereka saling lirik.
"Tapi aku sudah memesan lapangan!" kata Oliver, marah sekali.
"Sudah kupesan!"
"Ah," kata Flint, "tapi aku bawa surat izin khusus dengan tanda tangan dari Profesor Snape.
Aku, Profesor S. Snape, memberi izin tim Slytherin untuk berlatih hari ini di lapangan Quidditch, mengingat perlunya melatih Seeker baru mereka.""Kalian punya Seeker baru?" kata Oliver, perhatiannya teralih.
"Mana?"
Dan dari belakang enam anak bertubuh besar itu muncul anak ketujuh yang lebih kecil, wajahnya yang pucat dan runcing dihiasi seringai lebar. Draco Malfoy.
"Bukankah kau anak Lucius Malfoy?" tanya Fred, memandang Malfoy dengan benci.
"Lucu juga kau menyebut-nyebut ayah Draco," kata Flint, ketika seluruh tim Slytherin menyeringai semakin lebar.
KAMU SEDANG MEMBACA
𝐃𝐄𝐋𝐈𝐂𝐀𝐓𝐄 ☽︎
Fantasy𝐈𝐍 𝐖𝐇𝐈𝐂𝐇 , 𝖺 𝗀𝗎𝗒 𝗐𝖺𝗌𝗍𝖾𝗌 𝖺 𝗅𝗈𝗍 𝗈𝖿 𝗌𝗍𝗎𝖿𝖿 𝗈𝗇𝗅𝗒 𝖻𝖾𝖼𝖺𝗎𝗌𝖾 𝗁𝖾'𝗌 𝖺 𝗋𝗂𝖼𝗁 𝖽𝗈𝗎𝖼𝗁𝖾 𝖺𝗇𝖽 𝖿𝗂𝗇𝖽 𝖺 𝗀𝗂𝗋𝗅 𝗐𝗁𝗈 𝗁𝖺𝗍𝖾𝗌 𝖻𝗎𝗍 𝖼𝗁𝖺𝗇𝗀𝖾𝗌 𝗁𝗂𝗆 𝖺𝗍 𝗍𝗁𝖾 𝖾𝗇𝖽.