31. A Clue

191 19 2
                                    

1302

Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.

1302

Bayangan hitam dari langit menghalangi bintang-bintang untuk bersinar, terdapat suara gemuruh dan angin yang berhembus sepoi-sepoi. Titik demi titik air hujan mulai membasahi rambut Emily, perlahan-lahan mengaliri gaun tidurnya.

Kastil berwarna kelabu berdiri kokoh dihadapannya. Segera, dia berlari menapaki hamparan rerumputan dengan kaki telanjang menuju kastil itu. Tetapi, sebelum dia menggapai pintu depan kastil, seseorang telah membukanya terlebih dahulu. Seorang anak lelaki keluar dari dalam dengan tertawa terbahak-bahak menuju halaman kastil.

"Kau tidak bisa menangkapku, Max!" teriak anak itu, masih tertawa-tawa. Anak lelaki itu berlari di tengah-tengah derasnya hujan yang mengguyur tubuhnya.

"Kemari kau keparat kecil!" Anak lelaki lain yang lebih tua muncul dari dalam kastil, mengejar anak yang tertawa tadi.

Emily hanya tersenyum kecil, melihat mereka saling berkejar-kejaran. Tetapi kemudian, senyumannya memudar ketika matanya menangkap sesuatu di hutan yang berada di seberang kastil. Gelapnya hutan membuat dia tidak bisa memastikan apa yang baru saja dilihatnya. Gadis itu menatap lekat-lekat setiap pepohonan di balik jeruji-jeruji gerbang.

Tiba-tiba hujan berhenti. Awan menepi. Mendadak tampak bayang-bayang samar di tanah. Pohon-pohon di hutan bermandikan cahaya bulan. Emily menengok anak-anak yang berkejaran tadi, sepertinya mereka tengah memperebutkan sesuatu yang entah apa.

Lolongan dari balik hutan memecahkan kesunyian. Dan saat itu juga, Emily langsung tahu itu apa.

"MAX! THOMAS! KEMBALI KE SINI SEKARANG JUGA!"

Tapi mereka tidak mendengarkan. Anak yang lebih kecil, Thomas, berlari keluar gerbang dan masuk ke dalam hutan. Bangkit dari rerumputan, Max, anak yang lebih besar berlari mengejar Thomas.

"TIDAK! KEMBALI KESINI KALIAN BODOH!"

Menggeram marah, Emily melangkahkan kakinya dengan cepat menuju hutan. Tetapi sebelum mencapai gerbang, si manusia serigala menampakkan dirinya. Tubuh Emily mendadak menggigil ketakutan, suaranya tercekat.

Matanya menatap begitu takut dengan sosok manusia serigala di hadapannya. Si serigala hanya melengking pelan. Dan tanpa menatap Emily sedikitpun, dia masuk kembali ke dalam hutan. Emily bersyukur sekaligus merasa aneh karena hal itu. Tanpa pikir panjang, gadis itu segera berbalik menuju kastil. Dia memerlukan bantuan.

Alunan musik klasik adalah yang pertama menyapa telinga Emily saat memasuki kastil itu. Dengan tidak sabar, dia melangkahkan kakinya menuju Aula Utama, dimana alunan musik itu berasal. Tentu saja kastil itu sudah tidak asing lagi baginya.

Kerumunan orang-orang yang tengah berdansa memenuhi Aula Utama. Agak sulit untuk menemukan orang yang dikenalinya karena terlalu banyak orang asing yang tengah berdansa. Berhati-hati, gadis itu berjalan di antara mereka- berusaha untuk tidak menarik perhatian karena mengingat dirinya yang basah kuyup dan gaunnya yang tidak sesuai pesta.

𝐃𝐄𝐋𝐈𝐂𝐀𝐓𝐄 ☽︎Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang