Kebahagiaan Sang Surya

240 39 4
                                    

disarankan membaca sambil mendengarkan

Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.

disarankan membaca sambil mendengarkan

(Instrumen Begin Again-Ost Tempted) seperti yang sudah dicantumkan di atas.

~~~

Pukul 05.15 A.M

Fajar menyingsing, matahari mulai menunjukkan keberadaan dirinya. Langit yang semula gelap mulai berubah cerah, diterangi oleh cahaya jingga yang berasal dari sang matahari.

Begitu terang seakan-akan ingin menunjukkan betapa hebat dirinya yang dapat menyinari seluruh belahan bumi.

Seorang pemuda tampan dan secara sekaligus manis itu terlihat sudah berdiri di depan pintu rumahnya. Menyambut cahaya indah yang dipancarkan oleh sang surya walau sama sekali dia tak dapat melihatnya secara langsung.

Udara dingin yang terasa menusuk kulit sama sekali tidak ia hiraukan, kakinya yang tak memakai alas apapun itu terlihat melangkah ke arah rerumputan, seiringan dengan tongkat yang ia ayunkan untuk menunjukkan jalan.

Mencoba menggerakkan kakinya disana, menikmati sentuhan lembut dari rumput yang terasa begitu halus di telapak kakinya. Seakan-akan yang ia injak bukanlah sebuah rumput, melainkan bulu kucing.

Mulutnya sedikit terbuka bersamaan dengan masuknya udara ke dalam rongga paru-paru nya. Udara pagi hari yang ia hirup terasa sangat segar, tak ada polusi sedikitpun.

Lantas kedua sudut bibirnya terangkat, membentuk sebuah senyuman manis yang dapat membuat siapapun ikut tersenyum saat melihatnya.

Angin berhembus, menerbangkan beberapa anak rambut Jihoon.

Jihoon terlihat mendongakkan kepalanya. Menikmati sentuhan angin segar yang menerpa halus wajahnya, seperti tak ingin mengotori ataupun menggores pahatan wajah tampan itu, "Tuhan, terimakasih sudah memberi kesempatan buat Jihoon untuk menikmati ini semua. walaupun tidak bisa melihat secara langsung, tapi Jihoon tetap bersyukur karena Jihoon masih memiliki empat indera yang berfungsi dengan baik" katanya, diakhiri kembali dengan senyuman manisnya yang sangat tulus.

Membuat siapapun yang melihatnya akan merasa sakit. Mendengar perkataan serta senyuman manisnya yang begitu menyayat hati.

Seperti seorang wanita tua yang berdiri di depan pintu sejak jihoon mulai melangkahkan kakinya masuk ke dalam rerumputan. Wanita tua itu tampak tak bisa menahan air matanya, mendengar untaian kata yang diucapkan cucunya membuat hatinya sangat teriris.

Wanita tua yang merupakan nenek Jihoon atau Nyonya Park itu berjalan mendekat ke arah Jihoon. Memeluk badan tegap cucunya dari belakang, membuat sang pemilik tubuh sedikit terlonjak karena sentuhan yang tiba-tiba Itu.

KAK JI Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang