~~~
"Kenapa sih?!"
Saat ini, rasa penasaran Junkyu sudah sampai di ujung kepala, begitupun dengan Yoshi yang kini telah ikut duduk di atas tikar bersama dengan dua teman lainnya setelah menyelesaikan tugasnya membakar seluruh jagung, sosis dan daging, serta mematikan panggangan agar tidak menyebabkan banyak asap.
Sedangkan Yoonbin masih sibuk dengan kegiatannya sendiri yaitu membuat api unggun tanpa merusak rumput milik Jihoon. Dia sangat berhati-hati karena jika sampai rumput itu rusak, bisa-bisa dia dimarahi oleh Jihoon 24/7.
"Lo aja kali Ben yang cerita" suruh Jihoon.
"Ga. lo aja, gua lagi bikin api unggun" sahut Yoonbin, masih fokus dengan kegiatannya.
Jihoon berdiri kaget, "API UNGGUN!? DIMANA LO BIKINNYA?! AWAS AJA YA KALO SAMPE RUMPUT HALUS GUA RUSAK, GUA CINCANG LO, TERUS DAGINGNYA GUA KASI KE ANJINGNYA PAK JIDI" teriak Jihoon tak santai, membuat ketiga pemuda lain terkejut karena seruannya dan gerakannya yang sangat tiba-tiba.
Ya sudah pasti terkejut sih, karena Jihoon berdiri dengan lancar tanpa menggunakan tongkat hanya karena khawatir soal rumput.
Memang hanya Ha Yoonbin yang bisa membuatnya seperti ini.
"J-ji hati-hati" peringat Yoshi, dia benar-benar takut Jihoon akan terjatuh karena dia berdiri begitu saja dan sangat cepat.
Jihoon menggaruk tengkuknya sambil menyengir, lantas kembali duduk dibantu oleh Yoshi, "Hehe maap".
"Ribut teros, kapan cerita nih?" sindir Junkyu, dia benar-benar sudah tidak sabar ingin mendengar cerita.
"iya iya, nih gua ceritain. jadi dulu itu-
Flashback
Cuaca di Busan saat ini begitu hangat.
Hujan baru saja mengentikan curahnya, tergantikan oleh sinar matahari yang kembali terang, memberikan rasa hangat kepada siapapun yang merasa kedinginan kala hujan.
Tak hanya itu, langit pun terlihat melukiskan lengkungan indah dengan tujuh warna cantik yang sering disebut dengan pelangi, seakan seperti memberikan hadiah kepada para manusia yang telah bertahan dalam curah Hujan yang mungkin menyakitkan.
Terlihat disana seorang anak laki-laki berusia 7 tahun tengah berdiri di teras rumahnya, melakukan kegiatan yang biasa ia lakukan pasca hujan, yaitu menghirup bau tanah basah sehabis hujan yang dapat membuatnya tenang seketika.
Netranya terus menatap lurus ke depan, seakan tak minat dengan pemandangan cantik pada langit yang dihadiahkan oleh semesta setelah turun hujan.
KAMU SEDANG MEMBACA
KAK JI
Fanfic❝ Dia Hanya anak Baik, Namun mengapa semesta begitu kejam kepadanya?❞ ©Arelia Jung_