Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.
~~~
Pagi hari di sebuah rumah sederhana di kota Seoul.
Terihat seorang pemuda berwajah tampan sekaligus manis yang sangat bahagia, seakan-akan menggambarkan betapa cerahnya pagi hari ini.
Dia begitu bersemangat menyiapkan ini dan itu. Sampai akhirnya-
Gubrak
Dia terjatuh dan terguling di samping ranjangnya karena tersandung kaki meja belajar.
"Aduhh~" rintihnya, sambil memegang lututnya yang sepertinya terluka.
Suara gemrusuh megalun sebelum pintu berwarna putih itu terbuka, menampilkan seorang wanita tua dengan balutan apron dan sendok kayu di tangan kanannya, jangan lupakan ekspresi paniknya dan juga jantungnya yang berdegup kencang seakan ingin lompat dari tempatnya.
"Jihoon?" panggil wanita itu, "Ya tuhan, Park Jihoon kamu ngapain kok bisa sampe jatuh gini?!" wanita itu mengangkat tubuh besar Pemuda bernama Park Jihoon itu lalu mendudukkannya di atas ranjang.
"hehe.. maaf nek, tadi terlalu semangat nyiapin ini itu, kan hari ini aku mau ikut nenek ke toko" jelas pemuda berambut coklat tua itu, tertawa seperti tidak ada beban padahal neneknya sudah begitu panik hingga jantungnya seperti ingin lompat.
Wanita tua yang dipanggil nenek itu menghela nafasnya, "Iya nenek tau kamu seneng, tapi harus hati-hati dong. Liat nih lutut kamu luka" sang nenek mengambil kotak P3K di rak belajar Jihoon, setelah itu berjongkok di depan cucunya dan mulai mengobati lutut yang tergores itu.
Jihoon mendesis, "shh.. iya nek maaf"
"tongkat kamu dimana?" tanya Nyonya Park setelah selesai mengobati luka cucunya.
Jihoon terlihat meraba-raba sekitarnya, "Loh? Oh-tadi aku taruh di samping meja" katanya sambil menunjuk ke arah kanan dimana meja belajarnya berada.
Nyonya Park berjalan mengambil tongkat itu dan menempatkannya pada telapak tangan Jihoon yang sejak tadi meraba sekitarnya, padahal dia tau bahwa tongkatnya berada jauh darinya.
"Nih, Jangan ditinggal-tinggal lagi. Udah sana mandi habis itu sarapan" titah Nyonya Park, "nenek lanjut masak dulu ya, kamu bisa kan ke kamar mandinya? atau mau nenek bantuin mandi?" Tanya sang Nenek bercanda.
Jihoon terkekeh, "nenek apaan sih, aku udah gede masa iya mau dimandiin. lagian aku udah biasa begini kan dari 18 tahun yang lalu" katanya sambil tertawa kecil, dia tidak tahu saja bahwa neneknya sangat khawatir dan merasa bersalah dengannya.
"yaudah Jihoon mandi dulu ya" Jihoon berjalan ke kamar mandi dengan bantuan tongkat yang membantu mengarahkannya.
Nyonya Park menatap sendu ke arah pintu kamar mandi yang telah tertutup, dia menyesali takdir cucunya yang selama 18 tahun ini tidak pernah bisa hidup normal seperti teman-teman yang lainnya.