"(Name), bisa kita bicara."
Suara itu terdengar serius, menusuk telinga (Name) yang sedang menatap laptop.
"Sini duduk di sampingku," titah Tsuki menepuk sofa di sampingnya.
"Baiklah."
(Name) menghela napas pelan, "Kenapa?"
Tsuki melipat kedua tangannya di dada. Pria itu menatap (Name) dengan tatapan serius. (Name) tidak berani menatap Tsuki.
"Kau sedang menjaga jarak denganku? Atau ini hanya perasaanku aja," tanya Tsuki.
"Tidak. Aku merasa seperti biasa aja," jawab (Name) melirik Tsuki.
"Aku sedang berbicara denganmu, Tsukishima (Name)."
Nadanya memang tidak meninggi, namun jelas sekali Tsuki memberi penekanan pada setiap kalimatnya. (Name) menatap Tsuki.
"Semua berjalan seperti biasa aja, Kei-kun. Mungkin itu hanya perasaanmu saja."
"Benarkah?"
"Iya," (Name) tersenyum.
"Kau berbohong padaku ya?" tanya Tsuki curiga melihat (Name) tersenyum.
"Tidak." (Name) terkekeh.
"Sudahlah. Ada tugas kantor yang harus kuselesaikan segera."
"Baiklah."
***
"Kei-kun, kau menjemputku? Kenapa tidak mengabari dulu?" tanya (Name) terkejut.
"Ada yang ingin kubicarakan padamu. Lebih baik kita bicara di mobil saja," tutur Tsuki datar.
Keduanya masuk ke dalam mobil putih tersebut yang terparkir di depan kantor (Name). Setelah pintu tertutup, ekspresi wajah Tsuki berubah menjadi serius. (Name) hanya terdiam.
"Ada apa?" tanya (Name) membuka pembicaraan.
Tsuki menunjukkan foto dari handphonenya. (Name) dibuat terkejut olehnya. Tsuki menunjukkan foto yang ia ambil sewaktu ia mengikuti Tsuki ke restaurant. Seketika mood (Name) berubah. Pasti Tsuki mengecek handphonenya diam-diam.
"Bisa kau jelaskan ini?"
(Name) memutar bola matanya. "Bukannya kau yang seharusnya menjelaskan?"
"Kau tidak ingat? Waktu itu aku menelponmu, menanyakanmu, kau bilang pergi bertiga, tapi yang kulihat kau hanya berdua saja dengan 'rekan kerjamu' itu. Ahhh, Hana namanya kan?"
(Name) menekan kata 'rekan kerja', memperjelasnya. Tsuki menghela napas kasar.
"Aku memang pergi bertiga, yang satu lagi baru aja pulang karena urusan mendadak," jelas Tsuki menatap (Name).
(Name) tersenyum kecil, "Ahh, begitu."
Wanita itu memalingkan wajahnya. Serasa bodo amat dengan penjelasan Tsuki.
"Jangan salah paham, kita cuman rekan kerja. Tidak lebih."
"Kau menganggap seperti itu. Tapi kurasa wanita itu tidak demikian," tutur (Name) dengan wajah datar.
"Hah? Apa maksudmu?"
"Kau memang tidak peka atau bodoh sih?"
Tsuki semakin mengerutkan dahinya bingung.
"Maksud-"
"Selama ini dia mengajakmu keluar dengan alasan urusan kantor lah apa lah. Dia itu hanya mencari waktu agar bisa berduaan denganmu. Kau kira aku tidak bisa melihat gelagat wanita yang jatuh cinta pada seseorang?" ujar (Name) tanpa menatap Tsuki. Dadanya naik turun menahan amarah.
Tsuki memijit pelipisnya, "Kita memang hanya mengerjakan tugas kantor aja. Kau sangat berlebihan sekali, (Name)."
"Kau melihatnya seperti itu?"
"Iya lah. Aku yakin dia tidak menyukaiku, yang kami lakukan benar-benar hanya karena pekerjaan. Kau kenapa jadi cemburuan gini sih?"
"Haha. Aku bertaruh, dia menyukaimu."
(Name) mengecek handphonenya. Sebenarnya dia hanya berpura-pura seperti ada pesan dari temannya.
"Gomen, Kei-kun. Ternyata aku dipanggil bosku, ada rapat dadakan mengenai projekku. Kau pulang saja duluan, jangan menungguku. Sepertinya ini akan lama."
(Name) mengulas senyum kecil dan keluar dari mobil, meninggalkan Tsuki yang terpaku diam di depan stir.
***
See you next chapter!
#skrind🦊
KAMU SEDANG MEMBACA
Become His Wife? | Tsukishima Kei X Reader
Fanfiction(Full name) kini sudah memiliki marga baru? Ini bukan mimpi, kan? -Tsukishima Kei x Reader- Complete : 7 Juli 2021