(8) Has fever

5.2K 530 16
                                    

Pintu terdengar diketuk beberapa kali dari luar. Dengan cepat (Name) melepas apronnya dan segera membuka pintu. Sepertinya dia tahu siapa yang datang.

"Kei-kun," ujar (Name) yang terkejut melihat Tsuki yang sudah pulang.

"Ini masih siang, kok sudah pulang kerja? Ada apa?" tanya (Name) yang kebingungan.

Tsuki bergeming. Pria itu berjalan pelan ke dalam rumah. (Name) mengikuti Tsuki dari belakang.

Kenapa dia? Tumben sekali sudah pulang

Tsuki menjatuhkan diri di sofa panjang sembari melepaskan kacamatanya. Tangannya menutupi matanya. Napasnya terlihat berat. (Name) menghampiri Tsuki, memandang Tsuki dengan curiga.

"Kau kenapa, Kei-kun?" tanyanya mendekati Tsuki.

Dirinya meraih tangan Tsuki. Betapa terkejutnya dia ketika panas tubuh Tsuki mengenai kulitnya. Wanita itu dengan cepat panik.

"Kei-kun, sepertinya kau demam!"

(Name) menyingkirkan tangan Tsuki, memperlihatkan wajah Tsuki yang semakin memerah dengan napas berat. Mata pria itu terpejam. Sepertinya dia sudah menahannya sejak di kantor dan mobil tadi.

Dengan cepat (Name) menempelkan tangannya di dahi Tsuki, benar saja, Tsuki demam.

"Kei-kun, kau demam! Kita ke kamar dulu yuk, Kei-kun," ucap (Name) dengan nada lembut sembari mengguncangkan tubuh Tsuki pelan.

Diusapnya rambut Tsuki membuat mata pria itu terbuka. Netra keduanya bertemu. Tatapan Tsuki sayu.

Deg deg deg

"Baby."

(Name) menghangat, rasanya dia ingin sekali memeluk Tsuki. Pria itu terlihat tak berdaya, sangat sekali ingin dia lindungi. Tangannya mengusap lagi surai kuning itu.

"Iya, baby. Ini aku. Kita ke kamar yuk. Istirahat di sana."

"Aku demam?"

"Iya, kau panas sekali."

"Huhh."

Tsuki menghela napas. Dengan nurut Tsuki melangkah ke kamar. (Name) ikut membantu suaminya berjalan menuju kamar mereka, tubuhnya lemas, tidak bertenaga.

Tsuki duduk di pinggir ranjang.

"Ganti baju dulu ya, aku ambilkan baju ganti untukmu."

Tsuki melepas pakaiannya satu persatu dan memakai pakian yang diambilkan, tentu saja (Name) turut membantunya. Tsuki berbaring di ranjang.

"Pusing?" tanya (Name) yang sudah membawa termometer dan obat ditangannya.

Tsuki menggumam dengan suara serak, "Iya."

"Kau sudah makan?"

"Belum."

"Sudah minum obat?"

"Belum."

Beep

"Suhumu tinggi, Kei-kun. Lihat, 38.5 celcius."

Tsuki menghela napas panjang dan dalam. Ditariknya hingga dada selimut tebal itu, mencari posisi nyaman di sana.

Tsuki dapat melihat (Name) yang membawa kompresan.

"Kei-kun, mau kubuatkan bubur?" tawar (Name) mengelus punggung tangan Tsuki.

"Memangnya kau masak apa?" tanya Tsuki.

"Tadi aku lagi masak sup miso. Kau mau?"

Tsuki mengangguk pelan, "Iya itu aja. Kau kan sudah masak."

(Name) tersenyum, "Baiklah. Makan sekarang ya, aku siapkan supnya. Habis itu minum obat ya."

Tsuki mengangguk. Kepalanya cukup pusing saat ini dan tubuhnya juga lemas. Tsuki melihat punggung (Name) yang semakin menjauh dan menghilang dibalik dinding.

Sepertinya dia tidak rela (Name) pergi begitu saja. Dia ingin (Name) ada di sampingnya terus menerus.

"Tenang, Kei. Dia akan balik lagi," gumamnya pelan.

Dengan mandiri dia mengambil handuk yang berada di baskom air hangat dan menaruh di dahinya.

***

See you next chapter!
#skrind🦊

Become His Wife? | Tsukishima Kei X ReaderTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang