(17) Kepercayaan

4.4K 472 41
                                    

Kini keduanya berada di rumah, duduk di sofa ruang tamu. Tsuki melihat (Name) yang enggan menatapnya sedari tadi. Entah mengapa hal kecil seperti itu membuat hatinya sakit.

"Baby, look at me."

"Bicara saja, aku mendengarkan."

Jantungnya berdenyut sakit. Nada dingin istrinya sangat menusuk. Dia tidak tau mesti melakukan apa.

Dengan cepat Tsuki menarik (Name) dan mencium wanita itu. Tentu saja hal itu membuat (Name) terkejut dan memberontak. Tsuki hanya mengikuti instingnya.

Tak lama Tsuki melepaskan ciumannya. Namun tidak dengan tangannya yang tetap memeluk istrinya.

"Kei!"

"Maafkan aku, (Name). Sungguh. Kau hanya salah paham. Aku telah berbicara padanya dan memberikan perhitungan pada wanita itu," jelas Tsuki dengan tatapan meyakinkan (Name).

Tatapannya seperti memohon. Membuat (Name) sedikit goyah.

"Aku tidak yakin dia akan menyerah begitu saja," balas (Name).

"Aku akan membuatnya menyerah. Aku hanya mencintaimu. Kau percaya kan padaku?"

"Benarkah?"

Tsuki menghela napasnya.

"Kau tau, semalam ada orang yang hampir gila di rumah kita," tutur Tsuki.

"Ya, itu aku. Aku hampir gila memikirkanmu yang gak pulang dan gak bisa dihubungi. Kau di mana semalam, hmm?"

Suara Tsuki bergetar, tatapannya melembut. Telapak tangan itu meraih wajah (Name).

"Aku di hotel, menenangkan diri."

"Sebegitunya kau menghindariku?"

(Name) terdiam. Hati Tsuki semakin sakit.

"Ini semua salahku. Kau boleh pukul aku, kau boleh menyumpahiku juga, lakukan apapun yang kau mau. Tapi tolong, tetap dalam penglihatanku. Aku tidak bisa jika kau pergi begitu saja. Kumohon, percayalah padaku."

(Name) dapat merasakan kalau Tsuki menahan keras tangisnya, pasalnya suara Tsuki semakin bergetar.

Melihatnya membuat (Name) yakin, kalau pria itu tidak berniat berpaling darinya.

"Maafin aku (Name). Tolong jangan pergi lagi seperti semalam."

Tsuki menengadahkan wajahnya, berusaha menahan sesuatu yang mendesak keluar. Entah mengapa hati (Name) menjadi sakit melihatnya. Sepertinya dia telah menyakiti Tsuki.

"Kau masih mencintaiku kan?" tanya (Name) pelan.

Tsuki menggenggam kedua telapak tangan (Name).

"Aku akan 'tetap' dan 'hanya' mencintaimu, (Name)." Dia menekan setiap perkataannya.

"Aku takut, kau berpaling dariku," gumam (Name) yang bergetar.

"Banyak wanita yang lebih baik dariku di luar sana, yang lebih pantas unt-"

Cup

Tsuki menghentikan perkataan (Name). Dilumatnya bibir (Name) dalam-dalam, menyesap setiap inci tanpa terlewat. Pria itu mendorong (Name) bersandar pada sofa. (Name) dapat merasakan betapa Tsuki merindukannya.

"I love you," gumam Tsuki di sela ciuman mereka.

"Baby," lirih Tsuki.

Suara decapan memenuhi ruang tamu mereka. (Name) tak dapat menahan tangisnya lagi. Dia merutuki dirinya yang berpikir Tsuki tidak mencintainya lagi. Dia juga bersalah dalam masalah ini karena tidak berusaha percaya pada suaminya.

Tak lama Tsuki melepaskan ciuman mereka.

"Jangan berbicara seperti itu. Aku gak suka," tegas Tsuki.

(Name) menatap mata suaminya. Sejenak keduanya saling menatap.

"Kau memaafkanku?"

(Name) mengangguk dengan mata yang basah.

"Kau percaya padaku?"

"Iya, baby. Maafkan aku yang udah membuatmu khawatir."

(Name) mengecup bibir Tsuki. Dan mengusap pipinya.

"Arigatou, baby," bisik Tsuki.

(Name) tersenyum lebar, kini dirinya tidak perlu terlalu khawatir dengan wanita lain. Dia percaya Tsuki tidak akan berpaling darinya.

***

See you next chapter!
#skrind🦊

Become His Wife? | Tsukishima Kei X ReaderTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang