31 || Alan Lagi Ngambek

6.1K 659 64
                                    

Hah~ bagaimana ini?

Zyan dengan ragu ingin mengetuk pintu kamar milik adiknya. Sudah sepuluh menit lamanya Zyan berada disana, dan ia masih belum punya keberanian untuk hanya sekedar mengetuk pintu itu.

Tangan Zyan masih ngambang diudara, menggigit bibir bawahnya gugup.

Kalau biasanya Zyan akan masuk tanpa permisi kedalam kamar Alan, maka kali ini berbeda. Entah kenapa Zyan memilih untuk mengetuk pintu dulu sebelum masuk kedalam. Zyan merasa hal seperti ini sangat diperlukan untuk situasi sekarang.

"Duhh, gimana ya?" gumam Zyan ragu.

"Coba aja lah," final Zyan akhirnya.

Dengan hati hati Zyan mengetuk pelan pintu itu. Setelahnya menunggu response dari dalam. Zyan deg deg-an dibuatnya, Zyan tremor, pengen pingsan aja.

"Masuk." Jawaban singkat dari dalam kamar.

Dengan keadaan jantung yang masih deg deg-an, Zyan membuka pintu untuk masuk. Seakan masuk rumah tua berhantu, Zyan merasa aura didalam kamar itu sangat mencekam. Zyan merinding dibuatnya.

Saat didalam Zyan melihat Alan yang juga sedang menatap dirinya tajam. Segera Zyan putuskan kontak mata itu, memilih menatap lantai daripada wajah menyeramkan Alan yang tampak sudah siap untuk menerkamnya.

Zyan ragu untuk terus berjalan atau tidak sekarang.

Melihat wajah tidak bersahabat Alan benar benar membuatnya bimbang. Padahal tadinta Zyan berniat kesini untuk minta maaf ke Alan pasal 'pergi tanpa izin bareng Lucy' yang kemarin itu.

Tapi muka Alan serem...

Zyan harus gimana dong?

"Ada apa?" tanya Alan yang membuat Zyan tersentak dari lamunannya.

Zyan memegang tengkuknya yang sudah berkeringat dingin, sangking takutnya ia sekarang. Dan lagi, Zyan tidak tau harus menjawab pertanyaan Alan dengan apa. Salah salah jawab, entar Alan malah makin marah :'(

Tapi, kalau nggak dijawab Alan pasti marah juga.

"Alan ... masih marah?" tanya Zyan setelahnya.

Salah satu alis Alan terangkat keatas, "nanya itu doang? Mending keluar deh. Ganggu aja," usir Alan lalu merebahkan dirinya diatas kasur.

Kepala Zyan tertunduk, bibirnya melengkung sedih. Emang semarah itu ya Alan kepadanya?

Tapi setelahnya Zyan menghembus nafasnya, mencoba untuk lebih santai. Dengan langkah pasti, Zyan berjalan kearah kasur dimana Alan sedang rebahan disana. Zyan akan membuat Alan memaafkannya.

Zyan mengambil tangan Alan, ditariknya tangan itu hingga membuat Alan terduduk.

Alan menatap kakaknya kesal, padahal tadi sudah ia usir, kenapa masih ada dikamarnya sih. Tapi saat akan menyampaikan perotesannya, Alan bungkam saat Zyan menatap matanya serius.

"Zyan minta maaf soal yang kemarin itu. Sekarang Zyan janji kalau mau ngapa ngapain harus bilang ke Alan dulu. Zyan nggak akan pergi kalau Alan nggak ngizinin. Zyan nggak suka kalau Alan marah, jadi- maafin kakak ya Alan," ujar Zyan mengebu ebu yang masih menggenggam tangan Alan dengan kedua tangannya.

Alan terenyuh dengan ucapan kakaknya.

Alan membuang muka setelahnya, juga melepaskan genggaman Zyan dari tangannya. Alan berusaha untuk terlihat senormal mungkin, barulah setelah itu Alan kembali menatap Zyan.

"Nggak perlu minta maaf. Alan cuma nggak mau kakak kenapa kenapa. Alan nggak marah kok. Lalu- maaf ya kemarin Alan lagi lagi bentak kakak," ujar Alan dengan raut menyesal.

My Cute Big BrotherTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang