12 || Kecupan Manis

13K 1.1K 30
                                    

Happy Reading♥️📖

*
*
*




































"Papa, luka abang nggak sakit lagi kok. Boleh ya Zyan ikut kemahnya besok?" bujuk Zyan dengan puppy eye andalannya.

Ngomong ngomong, sudah satu jam lebih lamanya Zyan mencoba kembali membujuk papanya agar mengizinkannya untuk pergi kemah. Setelah kejadian hari minggu itu, Erik semakin parnoan, ia melarang Zyan melakukan hal hal kecil dan sekarang, Erik juga berniat untuk membatalkan persetujuannya tentang kemah yang diadakan besok.

Tentu saja Zyan menolaknya.

Tidak ingin menyia nyiakan kesempatan emas yang sudah didapatnya, Zyan kembali membujuk papanya agar ia tidak berubah pikiran dan tetap mengizinkan Zyan untuk pergi kemah besok.

"Tapi, lukamu belum sembuh sepenuhnya. Bagaimana kalau kita pergi kemah bersama setalah semua luka abang sembuh? Kita akan membawa Alan dan mama juga nanti," ujar Erik memberi penawaran.

Namun, jawaban Zyan masih tetap sama. Zyan masih keras kepala untuk bisa mengikuti acara itu.

Erik menghela nafasnya, saat merasa negosiasinya dengan anak sulungnya tidak berhasil. "Hah, tetaplah dirumah dalam satu minggu ini bang," pinta Erik akhirnya, ia cuma merasa takut akan terjadi sesuatu yang buruk lagi terhadap anaknya.

"Papa, sekali saja." Wajah Zyan memelas, berharap sekali agar papanya memperbolehkannya pergi kemah.

Kemah diadakan pada hari kamis, dan tiga hari sebelumnya Zyan lagi lagi tidak diperbolehkan sekolah oleh papanya. Menjengkelkan memang, tapi Zyan tidak bisa berbuat apa apa dan akhirnya pasrah menerima. Karena Alan dan mamanya mendukung keputusan papanya, tidak ada yang berpihak kearah Zyan.

Padahal Zyan baru beberapa hari pergi sekolah, sekarang sudah dilarang lagi.

"Bukankah tidak ada masalah kalau kamu tidak ikut kemah?"

Zyan menggembungkan pipinya kesal, susah sekali membuat papanya ini menyerah, padahal sudah berkali kali Zyan jelaskan. "Ayolah, papa. Cuma sekali saja. Bagaimana kalau Zyan akan menelepon papa setiap saat disana, mengatakan kalau Zyan baik baik saja?" ujar Zyan memberikan penawaran, yang belum tentu papanya akan menerimanya dengan mudah.

"Itu tidak perlu, saat di sekolah Alan atau Xavier akan menelepon papa untuk melaporkan kegitanmu. Jadi, papa rasa itu tidak di butuhkan." Jawaban penolakan dari Erik yang benar benar membuat Zyan kesal, dan habis pikir tentang cara apa lagi yang harus ia lakukan agar papanya mengizinkannya pergi.

Hey, satu jam berlalu, dan Erik masih kekeh dengan pendiriannya. Itu benar benar menyebalkan menurut Zyan.

Apa salahnya Erik mengiyakan kemauan Zyan. Bukankan itu mudah? Tinggal bilang 'ya' dan semuanya akan selesai saat papanya mengatakannya dua huruf itu. Kenapa Erik sangat keras kepala? Tidakkah ia capek berdebat dengan Zyan sedari tadi? Kenapa tidak menyerah saja dan mengizinkan Zyan pergi?

Zyan menyipitkan matanya, menatap Erik tajam. "Papa menyebalkan!"

Zyan menghentak kakinya kesal, berjalan menuju kamarnya, meninggalkan Erik sendirian disana.

Sudahlah!

Zyan menyerah!

Membuat Erik agar menuruti kemauannya itu sangat sulit dan menyebalkan. Bisa bisa Zyan mati muda akibat darah tinggi karena ulah papanya.

Tangan Zyan menghempas kesal pintu kamarnya hingga tertutup, lalu ia segera meloncat keatas kasurnya untuk berbaring, mendinginkan kepalanya yang sempat ingin meledak karena ulah papanya tadi.

My Cute Big BrotherTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang