36 || Hari Kelulusan

6.6K 647 111
                                    

"Alan beneran nggak marah?"

Alan menggeleng singkat, "enggak. Siapa juga yang marah."

Zyan menghela nafasnya lega, "syukur deh kalau Alan nggak marah. Kirain Alan marah gara gara Zyan nakal," ujar Zyan yang tampak sangat lega setelah mendapat jawaban dari adiknya itu.

"Alan nggak marah. Cuma jangan dekat dekat sama cewek kayak tadi. Takutnya abang diculik sama tante tante kayak dia," balas Alan setengah bercanda.

Ya, sebenarnya kemarin Alan nggak marah sih. Cuma Alan kelampau waspada aja takut Zyan diapa apain. Mungkin karena ekspresinya juga ya, jadinya Zyan ngira kalau Alan sedang marah. Mana tau bener kan, tadi tu Zyan mau diculik sama tante tante girang.

Tante dong:')

"Mending abang sekarang tidur deh. Besok jangan sampai telat bangun! Besokkan hari penting kakak," ujar Alan lalu menarik Zyan sepihak menuju kamar.

Belum sempat protes, Alan malah menyuruhnya untuk diam. Dengan hati dongkol Zyan akhirnya mengikuti langkah adiknya. Hari belum terlalu malam, masih jam sembilan. Cuma Alan aja yang lebay, nyuruh nyuruh Zyan untuk cepetan tidur.

"Nariknya santai aja dong," protes Zyan saat merasa Alan menariknya terlalu cepat menaiki tangga.

Alan tidak peduli, ia dengan tidak berdosanya menarik Zyan lebih kencang. Zyan mengumpat dalam hatinya. Ya, mana berani Zyan ngomong kasar depan Alan, yang ada ia bakal kena siraman rohani dari Alan sebelum tidur. Belum lagi kalau Alan ngambek -marah- tu, susah banget untuk minta maaf. Jadi Zyan males buat masalah sekarang. Baik Zyan tidur.

Eh, ngomong ngomong besok Zyan udah lulus.

Nggak sabar pengen cepat cepat jadi anak SMA Zyan tuh. Pasti seru. Zyan bakal cari banyak teman deh disana. Mumpung lagi nggak ada Alan, jadi Zyan bisa ngelakuin sesukanya saat SMA besok. Makan Ice Cream tiap hari misalnya.

Oh, dan yang paling penting itu, saat SMA Zyan bakal ngomong lo gue! Wess, keren nih pasti.

Zyan benar benar udah nggak sabar untuk SMA. Zyan akan memulai hidup bebasnya tanpa Alan disana!

"Dih, ngapain senyum senyum sendiri? Dah gila ya," sindir Alan membuat Zyan tersadar dari lamunannya barusan. Ternyata mereka sudah sampai didepan pintu kamar. Alan langsung saja menarik Zyan masuk kedalamnya. Zyan yang sudah sangat pasrah akhirnya menerima begitu saja perlakuan tidak berakhlak adiknya. Zyan sudah terlalu terbiasa dengan kelakuan Alan yang satu ini.

Alan si pemaksa.

Entahlah, mungkin turunan papa mereka juga sih.

Walaupun Zyan juga sama keras kepalanya. Tapi, Alan ini beda. Kalau udah sama Zyan. Apa aja yang ia suruh harus Zyan iya-in, kalau enggak dia bakal lakuin semua cara yang membuat Zyan akhirnya menurutinya. Zyan bahkan sudah sangat hafal dengan kelakuan Alan yang satu itu.

Mau bagaimana lagi. Zyan berdebat dengan Alan pun, ia tidak akan pernah bisa menang. Jadi lebih baik menurut saja, daripada memperpanjang masalah.

"Alan bisa santai aja nggak sih nariknya? Sakit tau," ujar Zyan, lalu terdengar ringisan keluar dari mulutnya.

Seketika Alan langsung melepas pegangannya pada tangan Zyan.

Alan langsung menyuruh Zyan untuk duduk dikasur. Alan juga ikut mendudukkan dirinya disamping Zyan. Langsung diambilnya tangan Zyan yang sempat ia tarik tadi, melihat kearah pergelangan tangan Zyan, ternyata ada sedikit ruam kemerahan pada tangan Zyan.

Alan meniup pergelangan tangan Zyan pelan, berharap mengurangi rasa sakit yang Zyan terima akibat perbuatannya tadi.

"Maaf ya," gumam Alan disela sela tiupannya.

My Cute Big BrotherTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang