"O-om Arga?" Zyan gugup, memastikan kalau apa yang dilihatnya itu benar.
Dia ...
beneran Om Arga?
"Lama tidak bertemu, Zyan."
Arga tersenyum lalu berjalan mendekat kearah Zyan, dengan masih diikuti oleh seseorang dibelakangnya. Tapi, fokus Zyan tidak sedang berada pada pria itu, ia sibuk dengan pikirannya sendiri.
Melihat wajah Zyan yang tampak kebingungan, Arga terkekeh. Hal itu membuat Zyan tertarik kembali pada kenyataan mengerikan yang sedang dihadapinya.
Zyan menoleh kearah pria yang terlihat gagah itu, "Om Arga disini? K-kenapa?" tanya Zyan gugup.
Arga lagi lagi tersenyum, lalu mengelus rambut Zyan lembut, penuh kehati-hatian. "Oh, tidak ada. Bukankah kita sudah lama tidak bertemu? Om ada disini untuk menemuimu, apakah itu salah, Zyan?" tanya Arga, sesosok yang baru saja muncul dihadapan Zyan, orang yang belum diketahui pasti apa hubungannya dengan Zyan.
Mendengar pertanyaan bodoh itu, dalam hati Zyan berteriak, ya! dengan kesal. Bagaimana bisa bisanya orang yang ia panggil om ini mengucapkan itu dengan wajah tanpa dosanya.
Jelas jelas Arga sudah menculiknya!
Tapi, Zyan tidak bisa mengatakannya secara langsung.
Zyan merasa, kondisinya saat ini sedang tidak baik, salah salah menjawab, bisa bisa ia habis ditangan Arga setelahnya.
Luka pada wajah Zyan masih berdenyut sakit, ia tidak ingin mendapatkan luka lagi pada wajahnya, ia bukan masokis, si pencinta rasa sakit. Perhatian Zyan kemudian teralih menoleh kearah seseorang disamping Arga, orang itu sedari tadi tampak terus mengikuti Arga, dan tetap menjaga jarak untuk tetap berdiri disamping, satu langkah dibelakang Arga.
"Bukan. Tapi- kenapa tangan Zyan diikat?" tanya Zyan menatap Arga tidak mengerti.
Bukankah Arga ingin bertemu dengannya?
Lalu, mengapa dirinya terikat dalam posisi seperti ini. Arga terlihat tengah menculiknya, daripada ingin bertemu dengannya.
"Bagaimana kalau Zyan kabur kalau ikatannya dilepas?" Bukannya menjawab, Arga, pria berumur tiga puluhan, yang hampir mencapai kepala empat itu malah bertanya balik kepada Zyan.
Zyan merengut tak suka, "Om, lepasin Zyan ya? Zyan nggak bakalan kabur kok, Janji."
Setelahnya beberapa menit, Arga mengangguk yang membuat Zyan tersenyum senang. Tapi, tidak setelah Arga melanjutkan kalimatnya.
"Oke, tapi sebentar lagi ya. Om yakin papamu akan sampai sebentar lagi, nah sebelum itu tiba, Zyan duduk disini dulu dan jadilah anak baik, okey?" ujar Arga, diusapnya kepala Zyan yang tengah menatapnya dengan bingung dan sedikit takut. Mungkin tengah memprediksi apa yang akan ia lakukan kepada Erik setelah papanya itu sampai disini untuk menyelamatkannya.
Senyuman itu terlihat mengerikan.
Zyan mengerti apa yang tengah Arga pikirkan.
"Mau ngapain sama papa?" tanya Zyan yang sedikit takut mendengar jawaban Arga. Bisa saja omnya ini berniat untuk melukai papanya.
Ya, itu kemungkinan yang bisa saja terjadi.
"Hmm, tidak ada. Hanya memberi sambutan kecil untuknya." Arga tersenyum kecil, mengingat kembali apa yang sedang ia rencanakan. Hal itu membuat Zyan semakin berfikiran yang tidak tidak.
Apa yang sebenarnya Arga rencanakan?
Zyan terkejut mendengar pertanyaan itu, tidak percaya dengan apa yang Arga katakan.

KAMU SEDANG MEMBACA
My Cute Big Brother
Teen FictionZyan mempunyai adik laki laki yang umm- sedikit menyeramkan? Sebagai abang yang baik harusnya Zyan yang menjaga Alan, kini peran itu terbalik. Zyan sebagai abang yang malah diprotektifin adiknya sendiri. #brothership #sweet ~ ⚠️WARNING⚠️ Bukan Lapa...