Zyan sangat senang, akhirnya ia bisa pergi kemah. Zyan sangat berterimakasih kepada Alan karena sudah membantunya untuk membujuk Erik. Senang rasanya saat itu papanya mengizinkannya pergi.
"Bisakah berhenti tersenyum seperti itu, kak? Itu mengerikan," ujar Alan yang sedikit ngeri karena sedari tadi Zyan tidak berhenti tersenyum. Alan takut Zyan kenapa napa, bisa dibantai Alan oleh papanya kalau sampai terjadi hal buruk kepada Zyan. Soalnya papanya itulah yang sangat menentang keras Zyan untuk pergi acara kemah ini.
Nah, karena Alan keras kepala jugalah, ia dapat membujuk papanya untuk mengizinkan Zyan pergi. Meski harus dengan beberapa syarat sih.
Makanya untuk kegiatan kali ini, Alan akan menjaga Zyan lebih ketat dari sebelumnya, ia tidak ingin kejadian seperti beberapa hari lalu di terima kakaknya lagi. Alan tidak akan pernah membiarkan hal itu terjadi.
Alan akan melindungi Zyan.
Alan akan pastikan Zyan Alan pulang dengan selamat tanpa lecet barang satu mili-pun pada tubuhnya.
"Hehe, ini terdengar menyenangkan Alan."
"Berhentilah tersenyum, kakak akan dianggap gila jika terus tersenyum tanpa alasan seperti itu." Alan berkata sedikit kesal saat mengucapkan kalimat itu.
Tak terasa, mobil yang mereka mereka tumpangi sudah masuk kedalam pekarangan sekolah. Tampak sudah terdapat beberapa siswa yang sudah sampai lebih dulu dari mereka.
Alan memutuskan untuk datang lebih cepat, karena ada sesuatu yang harus diambilnya di ruang ketua osis, atau seperti yang kita tau, Xavier.
"Sudah sampai den," ujar mang Ujang, sopir sekaligus satpam dirumah mereka.
Zyan dan Alan turun menggunakan pintu yang berbeda, menurunkan barang barang yang mereka bawa dibantu mang Ujang. Setelah semua barangnya turun, Zyan dan Alan berterimakasih kepada mang Ujang yang sudah membantu mereka.
"Terimakasih mang."
Mang Ujang tersenyum, "baik, den, sama sama. Itu mah memang udah jadi tugas saya," jawab mang Ujang memberi jempol kearah kedua kakak adik itu tanda tidak masalah. "Kalau begitu saya pulang dulu ya. Hati hati ya den," ujar mang Ujang berniat pergi.
"Hari hati dijalan mang Ujang," ujar Zyan melambaikan tangannya kearah mobil yang tadi ditumpanginya menjauh pergi, terlihat kecil, hingga menghilang dari penglihatannya.
Setelahnya Zyan menatap kearah Alan yang tengah menenteng kedua tas berisi barang barang mereka. "Ayo kita ke ruangan bang Vie dulu," ujar Alan lalu berjalan dengan meneteng kedua tas di tiap tiap tangannya tanpa mengizinkan Zyan membawa tas seberat itu sendirian.
"Um, mau Zyan bantu?" tanya Zyan yang membuat sorot mata Alan langsung terarah kepadanya.
"Tidak usah, cukup tetap berada di dekatku setiap saat kak. Aku tidak akan lagi membiarkan seseorang atau apapun itu melukai kakak," jawab Alan yang dengan santai berjalan seakan beban di tangannya tidak ada masalah sama sekali.
"Tapi itu kelihatannya berat," gumam Zyan melirik kedua tas yang tengah Alan bawa.
"Ini tidak masalah," jawab Alan lagi yang akhirnya Zyan memilih diam berjalan mengikuti langlah Alan.
Tak lama, keduanya sampai di ruang ketua osis, dengan sopannya Alan membuka tanpa meminta izin pada orang didalamnya terlebih dahulu. Alan meletakkan kedua tas miliknya dan kakaknya di samping pintu, lalu merebahkan diri diatas sofa untuk meregangkan tubuhnya.
Xavier tidak memperdulikan apa yang tengah Alan lakukan, fokusnya kini ada pada Zyan, anak itu juga memilih duduk disamping Alan yang dengan santainya menaikkan kaki keatas meja.
KAMU SEDANG MEMBACA
My Cute Big Brother
Novela JuvenilZyan mempunyai adik laki laki yang umm- sedikit menyeramkan? Sebagai abang yang baik harusnya Zyan yang menjaga Alan, kini peran itu terbalik. Zyan sebagai abang yang malah diprotektifin adiknya sendiri. #brothership #sweet ~ ⚠️WARNING⚠️ Bukan Lapa...