10 || Zyan in Danger

13.6K 1.1K 24
                                    

"Nih, tisu. Di lap dulu ingusnya, terus tuh air matanya juga di hapus. Jangan nangis lagi, gw minta maaf soal tadi." Xavier menyodorkan beberapa lembar tisu kepada Zyan. Ini yang Xavier tidak suka kalau ia sedang marah, ia akan lepas kendali dan membuat Zyan takut kepadanya.

Xavier memiliki kontrol emosi yang buruk.

Zyan mengambil tisu itu, lalu mengusap air matanya yang tampak sudah memerah, tidak lupa Zyan membersihkan hidungnya, hingga membuat wajahnya terlihat lebih baik dari sebelumnya.

Zyan menoleh kearah Xavier, ia berniat turun, sudah kisaran lima belas menit mereka berada didalam mobil. Jam juga sudah menunjukkan pukul sepuluh lebih, yang artinya mereka sedikit terlambat menonton pertandingan basket Alan. Tapi saat menoleh, Zyan tidak melihat sedikitpun pergerakan dari Xavier, dia seperti tengah memikirkan sesuatu.

"Vie, ayo kita keluar, pertandingan Alan sudah di mulai."

Tapi Zyan tidak mendapat respon.

"Kalau tidak segera pergi, kita ak-"

"Maaf."

"Eh?"

Zyan sangat terkejut saat tiba tiba Xavier kembali meminta maaf kepadanya. Zyan menatap Xavier tidak mengerti, sedangkan Xavier sendiri enggan menoleh, ia merasa bersalah atas Zyan beberapa menit yang lalu.

"Maaf. Jangan takut lagi," ujar Xavier lagi.

Ah, Zyan tau ini. Xavier sedang ada dalam mode rasa bersalahnya. Biasanya setelah marah, Xavier datang menemui Zyan, lalu meminta maaf kepadanya. Hal ini sudah terjadi kepada Zyan berberapa kali. Hanya, Zyan merasa kalau Xavier sudah tersulut emosi dia akan sangat sulit untuk mengendalikannya.

Dan itu terjadi lagi sekarang.

Zyan tersenyum, lalu menepuk kepala Xavier beberapa kali. "Ya tidak masalah," jawab Zyan.

"Ayo turun," ajak Zyan lalu memakai maskernya terlebih dahulu sebelum keluar dari mobil. Zyan tidak ingin Alan melihat lukanya sebelum pertandingan selesai.

Mereka akhirnya berjalan menuju lapangan tempat pertandingan basket itu.

"Bisa jalan sendiri? Perlu dibantu?" tanya Xavier menawarkan diri saat melihat Zyan yang kesulitan saat berjalan.

Zyan menoleh, lalu tersenyum simpul. "Tidak masalah, ayo segera kesana." Zyan menggandeng tangan Xavier, lalu keduanya berjalan beriringan menuju lapangan basket.

Sesampainya disana, Zyan benar benar tekejut melihat banyaknya penonton yang melihat pertandingan ini. Bahkan Zyan sampai pusing melihat banyaknya orang disana, teriakan terdengar dimana mana, saling mendukung team mereka masing masing.

Karena terlambat, akhirnya mereka kebagian tempat duduk paling belakang.

Zyan beberapa kali juga ikut bersorak menyemangati Alan, atau berteriak saat Alan mencetak angka. Keadaan didalam benar benar bising, tapi kebisingan inilah yang membuat acaranya menjadi semakin meriah.

Ada total tiga pertandingan, dan kini team Alan berhasil memenangkan pertandingan kedua. Hanya tinggal mengalahkan satu lawan lagi, dan sekolah mereka akan mendapatkan piala kejuaraan.

Tapi sepertinya tidak semudah yang dipikirkan.

Sekolah mereka kalah dengan skor akhir 78-81. Perbedaan yang cukup kecil. Mereka benar benar bertanding ketat tadi, sangat sengit, tidak ada diantara kedua team yang mau mengalah. Hingga akhirnya waktu pertandingan habis, team Alan harus menerima kekalahan mereka.

Orang orang di kursi mulai bubar, meninggalkan kursi penonton yang sudah berjam jam mereka tempati. Mungkin tujuan mereka selanjutnya adalah membeli makanan atau minuman di bazar.

My Cute Big BrotherTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang