2 || Strawberry Boy

49.3K 2.7K 229
                                    

"Alan pulang."

"Oh, Alan? Abang lagi nungguin kamu tuh di kamar. Samperin gih," ujar Alena mengusap pelan rambut putra bungsunya, meninggalkan sejenak acara membaca majalahnya.

Alan mengangguk, sekilas mencium pipi sang mama sebelum akhirnya melangkahkan kakinya menjauh menuju kamar sang kakak.

Kakinya melangkah sedikit cepat, agar ia bisa sampai lebih cepat ke kamar kakaknya.

Saat sudah sampai, tanpa permisi Alan langsung membuka pintu kamar Zyan.

Sama sekali tidak ada acara ketok mengetok pintu. Mereka sudah biasa seperti ini, mungkin karena sudah tarlanjur terbiasalah Alan jadi melupakan salah satu tata krama yang pernah ia pelajari ini.

Didalam sana dapat dilihat Zyan tengah tertidur pulas memeluk boneka teddy bear besarnya.

Kalian tau, kalau Zyan sangat menyayangi teddy bear besarnya itu. Alan tersenyum lucu melihat itu, dilangkahkan kakinya agar bisa lebih dekat kearah sang kakak.

Senyuman jahil tercetak dibibirnya.

Didalam kepala Alan, ia berniat menganggu tidur nyenyak Zyan.

Alan tersenyum jahil, tangannya bergerak mencubit kuat pipi Zyan. "Babi pemalas, ayo bangun." Alan cekikikan mendapatkan respon lucu kakaknya.

Zyan menggerang, merengek kesal karena lagi lagi tidur nyenyaknya diganggu. Tangannya berupanya melepaskan tangan Alan dari pipinya, tapi bukannya terlepas cubitan pada pipinya malah semakin kuat.

"Hiks, awas! Pipi Zyan sakit," ujar Zyan terisak pelan.

Alan yang jahilnya sampe ke tulang tidak memperdulikan tangisan kakanya itu, ia malah terus mencubit pipi Zyan sampai kakanya itu benar benar bangun.

Jahil banget emang anaknya.

"Enghh! S-swakit, jangan cubit pipi Zyan! Nantik Zyan bilang papa!" racau Zyan terus menghalau tangan Alan yang gencar menjahili kakaknya yang super imut ini.

Kadang tuh Alan mikir, kok bisa ya Zyan jadi kakaknya?

"Nggak ada papa disini, cuma ada Alan." Ucapan Alan membuat netra Zyan perlahan terbuka, menatap Alan dengan mata berkaca. Bibir Zyan melengkung kebawah menandakan bocah ini sebentar lagi akan menangis.

Oke, Alan sudah siap sedia dengan keadaan seperti ini.

Zyan dengan tiba tiba memeluk Alan yang tengah berada disamping kasurnya. "Huaaa, pipi Zyan sakit. Orang jahat cubit pipi Zyan, dia ganggu tidur Zyan! A-alan marahin orang jahat ituu," ujar Zyan mengadukan apa yang baru saja dialaminya.

Alan terkekeh geli, padahal yang mencubit pipi kakanya itu adalah dirinya.

"Cup, cup. Nanti Alan marahi orang yang ganggu tidur kakak, okey?" Alan menepuk pelan kepala Zyan beberapa kali. Anggukan lucu dari Zyan sebagai balasannya, kakaknya ini masih setia memeluk pinggang Alan tanpa Ada niatan untuk melepaskannya.

Kalau dibiarkan lebih lama, pasti kakaknya ini akan kembali menyelami alam mimpinya lagi.

"Mau minum," gumam Zyan di sela sela pelukanya.

"Lepasin dulu pelukannya, nggak malu apa? Udah besar juga," ujar Alan yang membuat pipi Zyan menggembung kesal. Melihat itu, Alan terkekeh geli dengan kelakukan kakaknya.

Dengan ekspresi lucu tak relanya, Zyan tetap melepaskan pelukannya. Membiarkan Alan menjauh untuk mengambilkannya minum.

Mata Zyan terus mengawasi gerak gerik Alan, takut takut adiknya itu hilang.

Alan kembali dengan segelas air ditangannya. "Nih," ujarnya menyodorkan segelas air tadi kepada Zyan.

Air itu langsung tandas ketika sampai ditangan Zyan, diminumnya dengan cepat hingga tak perlu waktu banyak untuknya menghabiskan air itu. Setelahnya ia memberikan gelas yang sudah kosong itu kepada Alan, dan berniat untuk kembali tidur melanjutkan mimpinya.

My Cute Big BrotherTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang