Penyiksaan

738 97 16
                                    

Diruangan yang gelap, pengap dan bau amis Ghea harus kuat menahan rasa takutnya, sedari tadi Ghea sudah menangis sampai air matanya kering.

"Hikss, david tolong aku takut." Lagi-lagi Ghea menitikan air matanya

Brakk

Pintu terbuka secara kasar karena dorongan seseorang. Pria berjaket hitam dan memakai topeng datang dengan tangan kanan membawa parang yang cukup besar dan tajam.

"Hai cantik, betah disini?"

Suara berat yang dikeluarkannya membuat tubuh Ghea gemetar, Ghea tidak bisa banyak bergerak karena tangan kanan dan kirinya di ikat dipinggiran ranjang, begitu pun kaki kanan dan kirinya.

"Sepertinya kamu betah disini. Mau main sama aku hm." Perlahan pria tersebut berjalan mendekat ke arah ranjang Ghea.

Prak

Parang yang dipegang oleh sang pria di ayunkan ke arah meja dekat ranjang. Ghea sudah menutup matanya pasrah jika dia akan terbunuh oleh orang gila dihadapannya, tubuhnya gemetar air matanya terus mengalir, saat ini Ghea hanya bisa meminta pada tuhan agar bisa selamat.

"Hahaha, santai saja cantik aku tidak akan begitu cepat membunuh mu tanpa menyiksa mu lebih dulu."

Pria tersebut meletakan parang yang dia pegang ke meja dan mengambil silet yang berada di meja.

"Permainan kecil terlebih dahulu iya cantik, baru besok lebih besar."

Ghea benar-benar sudah pasrah, tak bisa berbuat apa-apa. Hanya bisa menangis dan itu membuat sang Pria ini kesenangan bukan main karena ketakutan Ghea.

Pria tersebut mengarahkan silet ke arah tangan sebelah kanan Ghea, Silet yang dia pegang mulai menyayat tangan Ghea pelan.

"Sakit." Rintih Ghea

"Tenang cantik, ini kenangan buat kamu sebelum mati."

Sang pria tetap melanjutkan kegiatannya menyayat lengan Ghea, dengan pelan sang Pria menyayat lengan Ghea membentuk huruf. Tetesan Darah segar mengalir dari lengan Ghea.

1 kata di tulis dengan silet dilengan Ghea adalah "MATI" sang Pria tidak peduli dengan rintihan dan kesakitan Ghea, dia tetap menyayat lengan Ghea agar tulisannya sempurna. Karena memang tujuan sang pria adalah menyiksa Ghea.

"Perfect." Sang pria selesai menyayat lengan Ghea lalu mengusap lengan Ghea yang berdarah dan mengambil darahnya dengan ibu jarinya.

"Sebentar cantik, aku masih belum selesai."

Sang pria meninggalkan Ghea sendiri dengan darah terus menetes dan perih yang dirasakan Ghea benar-benar membuatnya kehabisan tenaga.

Sang Pria kembali lagi dengan tangan kanannya menggenggam satu buah jeruk nipis dan tangan kirinya menggenggam pisau.

"Luka mu diobatin pake ini ya cantik." Pria menunjukan jeruk nipis yang dia genggam

"KAMU GILA HAH! GA PUAS KAMU SIKSA AKU!" Bentak Ghea dengan muka sudah memerah

"Oh udah berani melawan iya?"

Pria meletakan jeruk yang dia pegang, tangan kanannya mencengkram wajah Ghea dan mendekatkan wajahnya yang sudah mengeraskan rahangnya karena bentakan Ghea.

"Dengar iya ghea tidak akan ada satu pun yang akan menolongmu dan sudah dipastikan nasib mu akan sama dengan tiara." Ucap Pria dengan nqda tegas tapi terkesan dingin

Jeruk nipis yang dia letakan tadi diambil kembali setelah melepaskan cengkramannya. Lalu tidak menunggu waktu lama pria tersebut membelah Jeruk nipis dengan pisau yang dia bawa.

PenjagaTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang