f i v e

412 43 2
                                    

Rasanya baru kemarin. Seokjin melihat adiknya sangat bahagia karena bisa meraih gelar sebagai juara di pertandingan Taekwondo. Kali ini waktu seakan cepat mengubah suasana hati semua orang di mansion mereka.

Jeon Jungkook. Putra bungsu keluarga paling terkenal di Seoul. Salah satu anggota Jeon family. Pemilik beberapa perusahaan besar Jeon Group di kota Seoul serta beberapa anak perusahaan yang menjadi cabang di berbagai negara. Dongsaeng kesayangan semua orang di Mansion Jeon.

Saat ini tengah berjuang di dalam ruangan bernuansa putih dengan beragam alat medis yang terpasang di seluruh tubuhnya. Pemandangan yang biasa bagi keluarga kaya raya itu. Tapi selalu menghadirkan sakit yang luar biasa di hati semua orang.

Siapa yang tidak sedih melihat keadaan anak bungsu keluarga mereka seperti ini. Kalau tau seperti ini kejadiannya. Mereka menyesal karena sudah membiarkan dongsaeng kecil mereka hari itu.

Flashback

Sore hari setelah pertandingan Jungkook berakhir. Mereka masih bisa tertawa bersama di ruang keluarga. Namun, dalam sekejap suasana hangat itu berubah menjadi mencekam saat bungsu mereka meringis kesakitan sambil memejamkan matanya erat.

Jimin yang menyadarinya lebih dulu, langsung dibuat terkejut melihat dongsaeng-nya sedang menahan sakit seperti itu.

"Jungkook-ah neo-gwaenchana?" tanya Jimin yang berada tepat di samping adiknya.

"Shh.."

Jungkook hanya menggeleng lemas sambil menggigit bibir bawahnya. Tangannya mencengkram kuat area dadanya. Hingga membuat kaos oversize hitam yang ia kenakan menjadi sedikit kusut dan tangannya yang lain meremas pelan sandaran Sofa demi melampiaskan rasa sakit.

"Jungkook kau kenapa nak?" tanya Taehee khawatir, yang segera menghampiri putra bungsunya itu.

"Jungkook," panggil mereka panik.

Jungkook bahkan tidak bisa menyahut apapun. Ia hanya terlalu fokus dengan rasa sakit yang tiba-tiba menghujam area dadanya.

"Appa! Cepat bawa Jungkook ke rumah sakit!" teriak Jimin.

Terlepas dari lamunannya. Seojoon segera menggendong brydal style putranya dan berlari ke garasi  di susul kelima putranya yang lain.

.
.
.

"Jungkook mengalami kelelahan ektrem. Aku rasa ia melakukan aktivitas fisik yang terlalu berat sebelum ini. Beruntunglah kalian cepat membawanya ke sini. Jadi kami bisa menanganinya lebih cepat."

Penjelasan uisa itu cukup menusuk hati masing-masing dari mereka. Seokjin tidak pernah menyangka sampai seburuk ini akibatnya yang mereka dapatkan. Ia merasa bersalah karenanya, sang adik harus kembali berurusan dengan semua alat rumah sakit itu.

Flashback off

...

"Kookie anak eomma. Bangun sayang. Jangan membuat eomma khawatir eoh! Kookie memangnya tega melihat eomma terus menangis seperti ini?"

Wanita paru baya itu berbisik lirih di telinga putra bungsunya yang sedang terlelap. Hatinya sangat sakit melihat keadaan bungsunya disaat seperti ini. Dielusnya lembut tangan yang dulunya begitu mungil itu. Air mata tak berhenti mengalir di pipinya.

Taehee hanya terus menangis dalam diam di ruang rawat putranya seorang diri. Entah apa yang dilakukan suaminya di mansion saat ini. Namun, sepertinya Taehee hanya bisa berharap suaminya tidak melakukan hal yang buruk pada putranya yang lain.

°°°

Mansion Jeon

Suasana ruangan kerja nampak dipenuhi hawa menegangkan disebabkan amarah dari sang Kepala keluarga.

Plak!

"APPA!!?"

_______

Rasa panas itu menjalar dj pipi kiri Seokjin begitu tangan besar sang Ayah menyentuh kulit wajahnya dengan kasar. Seokjin terhuyung ke samping akibat tamparan sang Ayah yang begitu kuat. Yang lainnya hanya bisa diam melihat kekacauan ini.

Seojoon menatap tajam putra sulungnya, "Apa yang sebenarnya ada di pikiranmu itu Jin-ah!? Kenapa kau mengizinkan Jungkook mengikuti lomba semacam itu!! Appa sudah mengatakannya padamu berulang kali. Jungkook tidak sekuat yang terlihat."

Nafas Seojoon memburu saat meyelesaikan kalimatnya. Emosi sudah menguasai hati serta pikirannya saat ini. Seojoon hanya tidak mau suatu hal terjadi pada putra bungsunya. Namun, apa yanf terjadi hari ini membuatnya kecewa.

Bukannya memberi perlindungan. Seokjin yang notabenenya adalah hyung bagi Jungkook. Malah menjadi orang yang bertindak ceroboh dan membuat Jungkook masuk rumah sakit. Seojoon tak habis pikir dengan isi pikiran putra sulungnya itu.

"Maafkan aku Appa. Aku sudah gagal menjaga dongsaeng-ku," lirih Seokjin menyesal.

Seojoon hanya diam dengan tatapan tajam mengarah pada keempat putranya yang lain. Entah kenapa ruangannya kali ini terasa begitu panas dan sempit. Padahal AC selalu menyala di seluruh mansion ini.

Namjoon, Hoseok, Yoongi dan Jimin yang juga berada dalam ruangan itu hanya bisa menatap Seokjin prihatin. Apalagi pipi Seokjin yang memerah karena tamparan tadi terlihat jelas oleh mereka.

"Kau harus dihukum," ucap Seojoon dingin.

Seokjin menegang di tempatnya. Hukuman? Sudah lama ia tidak mengunjungi ruang bawah tanah itu. Seketika hatinya menjadi dipenuhi dengan rasa takut.

"Cukup Appa," sela seseorang. "Jangan menyalahkan Seokjin hyung. Kami juga bersalah di sini," jujurnya.

"Yoongi hyung benar, kami juga terlibat," tambah Hoseok.

"Namjoon juga Appa."

"Jiminie juga Appa. Hiks.." Jimin menangis.  Entah karena merasa bersalah atau karena hal lain.

Seokjin menatap Yoongi dengan mata berkilat marah. "Tidak Appa, mereka tidak ada hubungannya. Aku yang mengizinkan Jungkook mengikuti lomba ini tanpa berpikir dua kali. Jadi Appa hanya cukup menghukumku saja. Jangan mereka."

Seojoon hanya diam sambil menatap satu persatu wajah putranya. Ada rasa bangga melihat pemandangan di depannya. Namun, tetap saja hari ini ia juga begitu kecewa dengan kelalaian mereka.

TBC.

Can You Trust Me Again?(Belum Kelar)Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang