T w e n t y t w o

256 20 0
                                    

"Jungkook!"

"Apa lagi, Hyung?!"

Taehyung meraih tangan Jungkook ketika adiknya berjalan mendahuluinya dengan langkah cepat.

Dapat Taehyung lihat wajah Jungkook yang memerah padam diliputi oleh emosi. Harus bagaimana lagi cara Taehyung menjelaskan pada adiknya bahwa pertemuannya dengan salah satu adik tingkat nya kemarin adalah hal yang tidak disengaja.

"Kau tidak lihat Sunoo tidak mampu melanjutkan permainannya. Lalu kenapa kau memaksanya?"

"Hyung pikir semua salahku?! Dia yang keras kepala ingin melawan. Sudah tau tidak bisa. Harusnya Hyung juga memikirkan ku. Kenapa Hyung tiba-tiba saja membelanya?!"

Taehyung tidak menyangka sudah sejauh ini masalah dirinya dengan adik kesayangannya itu. Awal semester ini bagi Jungkook memang semua adalah hal yang baru dialaminya. Termasuk baru melihat bagaimana terkenalnya Taehyung dikalangan adik tingkat sepantaran dengannya.

Semua ini bermula dari Jungkook yang mulai merasa cemburu dengan kedekatan Sunoo dengan Taehyung dan Jimin dalam kegiatan kampus. Dikarenakan Sunoo mendaftar sebagai member baru dalam organisasi kampus. Itu menyebabkan dia mau tidak mau selalu terlibat situasi yang sama dengan Taehyung. Terutama Jimin. Mereka sering mengadakan rapat. Dan berakhir Taehyung sering berbincang dengan pemuda berada 2 tingkat di bawahnya itu.

Ditambah lagi Sunoo yang menggemari olahraga taekwondo di kampusnya. Jungkook yang mengetahuinya lantas dengan beraninya menantang Sunoo yang notabenenya baru masuk sebagai anggota baru di sebuah organisasi mahasiswa pecinta olahraga itu. Skill yang dimiliki Sunoo tentu berada jauh dibawah Jungkook.

Taehyung terpekur. Tangan kanannya bergerak memijit pelan keningnya. Kepalanya terasa pusing seketika.

Berdebat dengan Jungkook pastilah menguras tenaganya. Bukan maksudnya untuk melukai siapa pun di sini. Tapi menurut Taehyung, adiknya sudah keterlaluan memaksakan pertandingan yang tidak seimbang.

"Hyung tidak bilang kau bersalah. Hyung hanya tidak mengerti jalan pikiranmu."

Tatapan Jungkook yang semula tak menentu arah berubah menajam seiring deruan nafasnya yang tersengal. Taehyung dibuat khawatir setelahnya.

"Kau harus meminta maaf padanya."

"Terserah Hyung mau bilang apa. Kookie tidak mau minta maaf! Kookie marah sama Hyung! Jangan mendekat selama seminggu penuh."

"Apa? Hei! Jungkook! Hyung belum selesai."

Jungkook pergi meninggalkan Taehyung sendirian di anak tangga dekat kelasnya. Taehyung ingin mengejar. Sungguh ia juga tidak ingin terjadi keributan antara dirinya dan Jungkook. Apa kata orang rumah nanti? Jungkook kalau merajuk memang susah untuk dibujuk.

***

"Kau kenapa?"

Taehyung mendongak ketika Seokjin tiba-tiba berdiri di depannya.

"Kurasa aku sudah membuat kesalahan hari ini."

Taehyung memalingkan wajahnya. Memilih menatap hamparan hijau luas dari balik jendela kamarnya.

"Kalian bertengkar lagi?" Taehyung sejenak menatap Seokjin.

Seokjin tersenyum tipis melihat Taehyung memainkan ujung pakaiannya dengan wajah terlihat sedih. Tebakannya tak pernah meleset. Siapa lagi yang bisa membuat Taehyung uring-uringan di rumah ini sampai seperti ini kalau bukan Jungkook.

"Jungkook memang selalu menjadi bersemangat jika itu menyangkut dirimu, Tae. Maafkan dia. Hyung yakin Jungkook tidak bermaksud–"

Taehyung mengangguk samar, "Aku tau Hyung." potongnya cepat.

Seokjin berdiri dan menepuk pundak Taehyung, "jangan terlalu dipikirkan lagi. Ingat kesehatanmu juga. Bujuk saja kookie dengan boneka ironman."

Taehyung menggeleng kecil mendengar tawa Seokjin setelah selesai mengatakan demikian. Saran yang Seokjin berikan nampaknya bukan ide yang tepat.

***

Seoul Medical Center

Sunghoon menunggu dengan raut cemas di depan sebuah IGD. Sepulang sekolah tadi, ia mendapati Sunoo tak sadarkan diri dengan memar kebiruan di beberapa bagian tubuhnya. Sunghoon sangat panik. Entah apa yang dilakukan adiknya selama seharian ini.

Sunghoon memang sudah mengetahui prihal Sunoo yang memasuki organisasi demi agar lebih dekat dengan seseorang yang sungguh mulai enggan ia sebutkan namanya. Sunghoon sempat berpikir jika nama itu hanya terus menjadi pemicu luka-luka baru yang Sunoo terima selama ini.

"Kenapa kau masih keras kepala sampai seperti ini, saeng."

Sekarang justru Sunghoon mulai menyesal telah membawa serta adiknya menuju kota besar ini tapi pada akhirnya sama saja dengan melukai Sunoo.

"Bagaimana caranya menjauhkanmu dari Taehyung Hyung."

Sunghoon menangis dalam diam. Terpikir ide gila yang sebenarnya tidak mungkin tega ia lakukan. Taehyung dan Sunoo tidak bisa terpisahkan bahkan takdir seolah-olah mendukung mereka untuk kembali bersama.

Satu sisi Sunghoon merasa satu langkah lagi lebih dekat dengan Taehyung saat ini. Namun, sisi lain bagaimana Sunghoon bisa meneruskan perjalanan mereka jika Sunoo harus berdarah-darah seperti ini akibatnya.

....

"Luka memarnya tidak terlalu fatal. Aku harap kau lebih menjaganya ke depannya. Ingat adikmu istimewa."

Teringat ucapan Dokter wanita yang menangani adiknya. Sunghoon amat sangat bersyukur karena Tuhan masih memperhatikan mereka dengan mengirimkan orang-orang baik di hidup mereka yang menolong mereka tanpa pamrih.

Usapan lembut dari tangan Dokter wanita itu seakan menguatkan bahu kokoh anak remaja seumuran Sunghoon yang sudah harus menghadapi kerasnya kehidupan di Ibu kota.

"Terimakasih banyak Dokter Park."

Wanita itu mengangguk dengan senyumannya. Lantas meninggalkan Sunghoon untuk menemani adiknya yang belum sadar demi melaksakan tugasnya yang lain.


 Lantas meninggalkan Sunghoon untuk menemani adiknya yang belum sadar demi melaksakan tugasnya yang lain

Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.

TBC.

Can You Trust Me Again?(Belum Kelar)Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang