Bab 03

169K 9.4K 186
                                    

*****

Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.

*****

Sakala mengendarai mobil dengan kecepatan penuh, menyalip lincah setiap mobil yang menghalangi jalannya. Tidak perduli dengan umpatan dan makian pengguna jalan yang merasa terganggu.

Perasaan Sakala berubah cemas saat mendapati ponsel Deolinda di luar jangkauan. Ucapan gadis itu yang mengatakan 'takut' terus berputar di otaknya.

Jarum jam tangan yang melingkar di pergelangan tangannya menunjukkan pukul sembilan malam.
Masih ada waktu satu jam sebelum pesawatnya take off . Beruntung lokasi club' tidak jauh dari bandara.

Tidak lama setelah itu mobil Sakala sampai di parkiran club' malam yang menjadi tempat berlangsungnya acara ultah Amel. Terlihat banyak orang berlalu lalang, keluar masuk gedung berlantai lima tersebut.

Sakala berjalan cepat menuju lobby club',  tangan kanannya memegang erat undangan dari Amel. Kalau bukan karena Deolinda mana mungkin Sakala mau repot-repot mendatangi club'.

Setelah sampai di dalam, dengan tidak sabaran Sakala berjalan kesana kemari mencari keberadaan gadisnya.
Sudah beberapa kali berkeliling namun Sakala tidak mendapati keberadaan Deolinda, rasa takut dan cemas bercampur menjadi satu.

Laki-laki itu seperti orang yang kehilangan arah, Sebenarnya Sakala laki-laki cerdas, lebih sering menggunakan logika di bandingkan perasaan. Namun otaknya mendadak tumpul jika itu tentang Deolinda.

"Mungkin Deolinda sudah pulang" batinnya mencoba berfikir positif.

Namun saat langkah kaki membawanya keluar club', Sakala baru teringat, tadi di chat Deolinda mengatakan bahwa ia bersama Maura.

Laki-laki itu berbalik dan berjalan masuk ke dalam. Sakala bertanya mengenai keberadaan gadis bernama Maura pada adik kelas yang ia kenal, dari jarak tiga meter Sakala bisa melihat seorang gadis yang duduk sendirian dengan tangan yang sibuk bermain ponsel.

"Maura ya?" tanya Sakala.

Maura mendongak mendapati Sakala sudah berdiri di depannya, matanya berbinar senang. "Iya kak, ada apa ya?" tanyanya antusias.

"Deolinda dimana?" Sakala to the poin.

Maura mengerutkan kening, meskipun bingung gadis itu tetap menjawab.
"Tadi sih sama aku kak disini, tapi waktu aku balik dari toilet dia udah nggak ada."

"Aku pikir Deolinda pulang, soalnya tadi dia kelihatan nggak nyaman banget," lanjut Maura, ada keraguan di matanya. Dan Sakala bisa melihat itu.

"Deolinda nggak kasih tau kamu kalau mau pulang?"

"Dia nggak ada ngomong mau pulang kak, katanya mau nunggu di sini."

Sakala mengacak rambutnya frustrasi, laki-laki itu takut terjadi hal buruk dengan gadisnya. Ia sangat cemas.

Dua Garis Merah | DEOLINDA [Completed]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang