Bab 41

78.3K 6K 453
                                    

*****

Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.

*****

Jika waktu yang menguasai hadirnya cinta juga hilangnya luka.
Apa aku juga bisa meminta takdir agar luka ini segera hilang?
-
-Queenara Deolinda-

*****

Deolinda menghentikan mobilnya di pinggir jalan yang sepi. Hari sudah berganti malam ketika ia meninggalkan rumah Jasmine. Netra coklatnya menatap lurus ke depan. Suasana sekitar begitu sunyi, karena jalanan itu memang jarang dilalui kendaraan.

Apa yang dijelaskan Jasmine sangat sulit diterima oleh pikiran, sulit untuk ia percaya.

Bagaimana awal pertemuannya dengan Melvin terasa seperti kebetulan yang disengaja. Takdir atau hanya kepura-puraan, Deolinda meragu.

Jika kembali dipikirkan, semua terasa membingungkan. Bagaimana bisa perusak hidupnya adalah pria yang ia kenal sangat dekat?! Dia yang datang mengulurkan tangan, menawarkannya kebahagiaan, disaat semesta dengan kejamnya mempermainkan kehidupan.

Melvino Raihan Jabir. Pria baik yang menolongnya di masa lalu. Sosok yang mencintainya dengan kelewat sabar.

"Melvin, apa sebenarnya kamu udah tahu.. aku wanita yang kamu renggut kehormatannya? Apa itu sebabnya kamu baik denganku yang asing?" lirihnya sendu.

Deolinda keluar dari mobil, dinginnya angin malam tak membuatnya mengurungkan niat untuk berjalan menyusuri jalanan.

Disini.

Dijalan ini, untuk pertama kalinya takdir mempertemukan nya dengan Melvin. Bayangan kebersamaannya dengan Melvin berputar cepat, seperti rollercoaster yang tak memberi jeda sekedar mengambil nafas. Deolinda memejamkan matanya erat-erat, saat merasakan sekelilingnya ikut berputar.

Benar. Melvin tidak sepenuhnya salah. Ia jelas tahu. Mereka sama, hanyalah korban kekejaman dendam iblis.

Entah sudah berapa kali helaan nafas kasar keluar dari bibir wanita itu. Kenapa sangat sulit menerima bahwa pria brengsek itu adalah Melvin. Pikir Deolinda.

Dia terlalu larut dalam lamunan sampai tidak sadar seseorang tengah mengamati gerak-geriknya dari dalam mobil. Minimnya pencahayaan di jalan itu, ditambah tak ada satupun pengendara yang lewat, membuat mobil hitam diseberang jalan tak begitu terlihat.

Takdir! Kenapa kau tak pernah lelah menjungkir balikkan kehidupanku! jeritnya Deolinda dalam hati.

Kepala wanita itu mendongak menatap langit malam yang dipenuhi bintang.
Setiap kali jantungnya berdetak, itu terasa sangat menyakitkan, begitu sakit.. sampai rasanya ingin mati.

Tanpa sadar tangannya meremas kuat dadanya yang sesak, berharap degup menyakitkan itu lekas memudar.

Deolinda tersentak kaget saat merasakan seseorang memeluk erat tubuhnya dari belakang. Sedetik kemudian wanita itu memberontak, berusaha melepaskan diri.

Dua Garis Merah | DEOLINDA [Completed]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang