Bab 39

94.3K 5.8K 461
                                    

*****

Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.

*****

Di luar matahari mulai terbit. Semburat kuning kemerah-merahan terlihat muncul malu-malu di ufuk timur. Sang surya mulai menyinari belahan bumi dengan sinarnya yang hangat. Angin pagi yang segar membuat orang ingin berlama-lama menghirupnya, tak rela saat sang pagi berganti siang dengan begitu cepatnya.

Sebagian orang mulai beraktivitas seperti biasa, sebagian lagi masih bergelung dengan selimut tebal. Para kaum rebahan memang pantang bangun pagi.

Di kediamannya, Deolinda tengah sibuk berkutat dengan alat-alat dapur, rutinitas ketika pagi hari datang menjelang.

Tok Tok Tok

Deolinda mengernyit saat mendengar suara ketukan pintu. Pasalnya ini masih terlalu pagi untuk ukuran seseorang yang ingin bertamu.

"Siapa yang datang pagi-pagi begini," gumam wanita cantik itu bingung. Ia melepas appron, mematikan kompor, kemudian berjalan menuju pintu.

Begitu pintu terbuka, mata coklatnya menyipit. Mendapati pria tampan dengan rambut basah berdiri di depan pintu. Pria itu mengenakan kaos merah yang dilapisi jaket biru dongker di luarnya.

Deolinda masih berdiri di tengah pintu, mengamati Melvin dari atas ke bawah, kemudian dari bawah ke atas. Terus seperti itu sampai beberapa detik berlalu. Senyum tipis pria itu tidak luntur barang sedikitpun.

"Ini seriusan?" tanya Deolinda menatap aneh wajah pria di depannya.

"Apa?"

"Jam di apartemen kamu rusak? Serius ini, kamu bertamu di pagi buta? Ayam aja belum berkokok.."

Deolinda menggaruk pipinya yang tidak gatal. Ia merasa ada yang aneh dengan Melvin sejak kemarin.
Bukan karena mainan satu mobil box yang pria itu kirim semalam. Yaa, itu memang berlebihan.
Tetapi bukan itu yang menjadi fokus Deolinda sekarang. Tatapan pria itu seolah menyimpan berbagai emosi yang terlihat secara bersamaan. Itu menghadirkan rasa ingin tahu di diri wanita yang kini menatap Melvin dengan ekspresi rumit.

"Aku rindu kalian."

"Tadi malam kamu pulang jam dua belas, dan sekarang baru jam empat lebih tiga puluh menit.. Melvin," gemas Deolinda. Pasalnya mereka baru tidak bertemu 'empat setengah jam' yang lalu. Ingat! baru 'empat setelah jam' dan Melvin sudah mengatakan rindu?

Cinta memang seluar biasa itu, bisa merubah Melvin menjadi budak cinta.

"Kamu nggak rindu?" tanya Melvin mengerjap.

Dua Garis Merah | DEOLINDA [Completed]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang