Bab 13

121K 8.2K 321
                                    

*****

Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.

*****

Hari demi hari berlalu begitu cepat, tidak terasa sudah dua bulan semenjak Deolinda keluar dari rumah sakit. Gadis itu juga sudah mulai bekerja di cafe milik kakaknya Saskia.

Kini umur kandungnya sudah memasuki bulan ke tiga, perut yang sebelumnya rata kini sudah terlihat sedikit membuncit.

Morning sickness yang setiap pagi menyiksanya kini sudah mulai berkurang.

Saskia dan Sakala sering mengunjunginya, bahkan mereka harus di pusingkan dengan ngidam aneh yang sering Deolinda rasakan.

Seperti saat ini mereka bertiga sedang berkumpul di ruang tamu kecil milik Deolinda. Bercerita tentang impian mereka di masa depan.

"Apa impian Lo De?" Tanya Saskia yang duduk di sebelah Deolinda

"Mmm apa ya," gadis itu terlihat sedang berfikir

"Alah pake mikir segala"

"Emang impian kamu apa Sas?"

"Gue pengen jadi artis" ucapnya bangga

"Hah!" Deolinda dan Sakala melongo mendengar impian Saskia yang tidak sesuai dengan bayangan mereka.

"Kenapa nggak jadi pengacara seperti Om Robert?" Tanya Deolinda.

Pasalnya semua keluarga besar Saskia menjadi pengacara, dari mulai Papa, Mama, Omnya, kakeknya, hingga sampai cucu-cucu dari kakeknya juga menjadi pengacara. Entahlah kenapa bisa begitu..

"Ya kan gue pengen suasana baru, masa semuanya jadi pengacara" katanya menggebu-gebu "Bener-bener nggak kreatif"

"Iya deh, kalau impian kak Saka ?"

Deolinda dan Saskia memandang Sakala menanti jawaban dari laki-laki itu

"Ingin cepat sukses, karena aku ingin segera nikahi kamu Deolinda" katanya menatap Deolinda lembut.

Dua gadis itu hanya memutar bola matanya malas, mereka tahu Sakala serius dengan ucapannya namun kata-kata itu terlalu sering laki-laki itu ucapkan.

"Dulu aku selalu ingin jadi dokter seperti Mama, tapi sekarang aku hanya ingin hidup bahagia, hidup damai dengan anakku dan tanpa mereka"

"Aku pastikan kamu bisa wujudkan semua impian kamu Deolinda"  laki-laki itu tersenyum menatapnya mata coklat yang kini juga sedang menatapnya.

"Aku akan menjadi kuat buat lindungi kamu dan anak kita" lanjutnya

Mereka bertatapan cukup lama, mencurahkan segala rasa lewat sorot mata. Sakala selalu mengklaim janin di perut Deolinda adalah anaknya.

Deolinda sudah sering menolak, namun bukan Sakala jika laki-laki itu menyerah begitu saja

Dua Garis Merah | DEOLINDA [Completed]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang