Bab 56

61.3K 4.2K 292
                                    

Bagaimana bulan July-mu?
Lebih banyak bahagia atau sebaliknya?

Baca lebih teliti, lalu kalian akan menemukan jawaban yang pasti kalian pertanyakan di akhir chapter..

Baca lebih teliti, lalu kalian akan menemukan jawaban yang pasti kalian pertanyakan di akhir chapter

Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.

*****

"Kalian berdua tahu, apa kesalahan kalian?"

Dua bocah tujuh tahun itu menunduk semakin dalam. Kepala kecilnya mengangguk patah-patah, bersiap menerima siraman rohani dari wanita yang paling mereka sayangi.

"Mom sedang bertanya, kenapa nggak di jawab?"

Masih di dalam ruangan yang sama. Empat orang dewasa itu duduk di sofa. Sedangkan Arlo dan Sakura, mereka berdiri di sebrang meja. Menunduk menatap lantai marmer yang terlihat lebih menarik dari pada wajah orang-orang dewasa di depannya.

"Tau, Mom," jawab mereka.

"Bagus. Coba kasih tahu Mommy.." perintahnya.

"Main ketapel di dalam rumah," ujar Arlo pelan. Bocah laki-laki itu mengangkat kepalanya sebentar, sebelum kembali menunduk lesu.

"No.."

"Ngumpet di kolong meja," sahut Sakura.

"Not that.."

Arlo dan Sakura saling melirik. Bocah laki-laki itu menyenggol lengan adiknya agar lekas menjawab.
Sakura yang sudah mlempem sejak ditangkap dari percobaan kaburnya, memilih balas menyenggol lengan kakaknya.
Jadilah saat ini mereka berdua saling senggol dengan lirikan penuh permusuhan.

"Arlo, Sasa. Apa perlu Mom ulangi lagi pertanyaannya?" tanya Deolinda menahan gemas melihat kelakuan dua anaknya.

"Apa karena kerikilnya kurang besar?" tanya Arlo yang diikuti anggukkan setuju oleh Sakura.

"Harusnya tadi kita pake telur bebek aja, kakak sih nggak percaya.." ujar Sakura cepat, menoleh menatap Arlo.

"Susah bawanya, Sasa.. takut pecah."

"Astaga, anak Melvin ini.." desah Deolinda memijat pelipisnya. Sedangkan Melvin dan Kemala, mereka tengah berusaha menahan tawa saat melihat wajah jelek Alex yang seperti memikul beban dosa berton-ton banyaknya.

"Kalau nembak Om Alex bukan termasuk dalam kesalahan 'kan, Mom?" celetuk Sakura tiba-tiba.

"Nembak yang bagaimana dulu. Kalau nembak pake kerikil jelas salah. Beda lagi kalau Sasa nembaknya pake-- khem." Alex berdehem pelan, tidak berani melanjutkan ucapannya saat mendapati tatapan tajam dari Ayah si jabang bayi.

Dua Garis Merah | DEOLINDA [Completed]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang