Bab 11

133K 9.7K 287
                                    

*****

Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.

*****

Bara melajukan mobilnya pelan menyusuri jalanan, sedari tadi matanya tidak lepas dari jalan ramai di depannya.
Sepasang mata hitam itu tidak berhenti mencari-cari keberadaan adiknya.

Berkali-kali Bara memukul stir mobil, melampiaskan amarah saat tidak menemukan sosok yang sedari tadi di carinya. Malam semakin larut, namun adiknya masih belum juga di temukan.

"Lo dimana De?" lirihnya mulai putus asa.

Tadi sesudah Bara menemui Seno, laki-laki itu langsung pergi mencari keberadaan Mbok Minah, mencari tahu apa yang sebenarnya terjadi dengan Deolinda.

Amarahnya memuncak ketika mendengar bahwa Deolinda di pukuli hingga membuat kaki gadis itu susah untuk berjalan.
Tangannya terkepal erat saat tahu adiknya juga di usir dari rumah.

Bara tidak bisa membayangkan bagaimana kondisi adiknya saat itu. Bagaimana tersiksanya Deolinda saat pukulan demi pukulan ia terima. Mengingat banyaknya darah yang tercecer di lantai ruang tamu membuat Bara kembali diliputi amarah dan rasa bersalah.

Sebenarnya hati mereka itu terbuat dari apa? Kenapa mereka suka sekali menyiksa. Menurut mereka apa sebenarnya keluarga itu?

Bara menyandarkan tubuhnya, matanya menerawang jauh, hatinya berdenyut nyeri saat mengingat tatapan mata Deolinda tadi pagi, saat gadis itu enggan saat ia tinggalkan.
Bara menyesal, sungguh sangat menyesal.

"Maaf"

"Gue udah gagal, gue gagal lindungi Lo"

"Kakak macam apa, yang nggak tahu adiknya di usir dari rumah"

Penyesalan memang selalu datang di akhir.
Sekalipun menangis darah, semua tidak akan pernah berubah. Sekarang hanya perlu berusaha untuk memperbaiki diri, supaya penyesalan itu tidak datang untuk kedua kali.

"Lo kakak yang buruk Bar" gumamnya kepada dirinya sendiri.

"Harusnya Lo nggak tinggalin dia" Bara mengacak rambutnya frustrasi.

"Ini nggak akan terjadi kalau Lo tadi nggak tinggalin dia bangsat!!"

Langit terlihat sangat gelap tidak ada satu bintang pun yang bersinar, bulan pun tidak menampakkan diri, seolah enggan memberikan sinarnya, menggambarkan hati anak manusia yang sedang dilanda keputusasaan.

Bara terus mencoba menghubungi ponsel Deolinda, namun

"Aghhhh Deolinda" Teriaknya saat lagi-lagi hanya terdengar suara operator saat ia kembali menghubungi Deolinda.

______

Mata itu perlahan terbuka, bau khas obat-obatan tercium di hidung mancungnya. Dilihat selang infus terpasang di tangannya.
Diedarkan pandangan ke setiap sudut ruangan bernuansa putih tersebut. Namun ia hanya sendiri

Dua Garis Merah | DEOLINDA [Completed]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang