Senja menatap nanar ponselnya, pesan yang dia kirimkan lima hari yang lalu untuk Larissa hanya dibaca oleh gadis itu.
Senja
Larissa, kemana?
Kenapa nggak masuk?
ReadSenja meringis, sepertinya perjuangannya harus lebih keras. Gadis itu benar-benar tidak mengijinkannya untuk terlibat lebih jauh.
Nana Calling ↙️
"Apa?"
"Ke kantin buruan. Cewek lo di sini."
Tut--
Senja baru saja menginjakkan kakinya dikantin dengan nafas terengah-engah, setelah menerima panggilan dari Naren kalau gadis yang tengah dicarinya berada dikantin membuat Senja tanpa berpikir panjang segera berlari. Ia tidak ingin kembali kehilangan jejak gadis itu.
"Larissa." Panggilan Senja tidak digubris oleh gadis yang masih menikmati satu piring nasi goreng dihadapannya itu.
Namun Larissa segera mendongak saat merasa ada yang duduk dihadapannya, terlihat jelas Senja yang berkeringat dengan nafas terengah. Dengan segera Larissa menyodorkan satu botol air mineral miliknya kepada Senja.
"Kenapa lari-lari?" Tanyanya saat Senja sudah berhasil mengatur nafasnya.
"Pakai dulu alatmu." Larissa menggeleng pelan. "Kenapa?"
"Aku nggak mau dengerin mereka ngomong."
Senja tersenyum menenangkan, "Ada aku, mereka nggak akan berani bilang macam-macam. Pakai ya?" Senja berusaha meyakinkan Larissa. Sampai akhirnya gadis itu menyerah dan memakai alat bantu dengarnya.
"Kalau cuma sama aku atau sahabatku, kamu nggak perlu lepas alat itu."
"Senja malu ya ngobrol sama aku pakai bahasa isyarat?" Setelah bertanya seperti itu, Larissa lebih memilih menundukkan kepalanya. Ia tidak seberani itu untuk menatap kedua mata Senja.
"Jangan salah paham, Icha. Itu karena kamu juga pantas untuk mendengar hal baik." Senja tersenyum.
'Jangan senyum Senja, kamu membuat kepalaku sakit. Dan darimana kamu tahu nama kecilku.' batin Larissa berbicara.
"Kemana aja? Dua minggu kamu nggak masuk kuliah. Aku nyariin kamu terus."
Iya. Larissa menghilang setelah pertemuan terakhirnya dengan Senja dirumah sakit dua minggu yang lalu. Selama itu pula Senja selalu mencari keberadaan Larissa tapi nihil, gadis itu seolah ditelan bumi.
"Senja, bagiku ada hal yang lebih penting daripada kuliah. Maaf karena nggak bales pesan Senja waktu itu."
Senja lagi-lagi hanya tersenyum, "Lain kali balas pesanku ya. Setidaknya dengan begitu aku tahu kalau kamu baik-baik aja."
Larissa mengangguk ragu.
'Aku nggak pernah baik-baik aja, Senja.' batinnya kembali bersuara, ia tidak ingin Senja tahu segalanya.
Mata Senja menajam saat tanpa sengaja melihat bekas lebam di balik punggung tangan Larissa yang tertutup baju lengan panjangnya.
"Habis ini masih ada kelas nggak?" Larissa hanya menggeleng pelan. "Kalau begitu habis ini ikut aku sebentar ya." Hanya anggukan persetujuan yang Senja dapatkan.
Entah dorongan darimana, Larissa tidak tahu kenapa ia bisa menuruti apa saja yang Senja katakan. Seolah itu sudah menjadi kebiasaannya sejak dulu.
Senja benar-benar membawanya pergi tepat setelah Larissa menyelesaikan acara makannya. Laki-laki itu menggenggam tangan Larissa erat, seolah takut jika terlepas.
KAMU SEDANG MEMBACA
Senja || Huang Renjun
Fanfiction"Senja, bagaimana bisa aku melukai laki-laki sebaik kamu. Maaf karena aku terlambat tahu segala hal tentangmu. Senja, maaf aku membohongimu. Maaf."-Larissa Gistara Putri "Larissa, jika kamu merasa berada ditempat yang salah maka kembalilah padaku. T...