Sesuai perkataan Kevin dua hari yang lalu, hari ini tepat hari keberangkatan Larissa ke Paris ditemani oleh kedua sahabat Senja yang entah darimana bisa mengetahui perihal keberangkatannya.
"Telepon gue kalau udah sampai sana, nanti gue kasih tahu dimana alamat Senja." Pesan Naren di depan pintu keberangkatan.
Larissa mengangguk pelan, kemudian berdeham canggung.
"Makasih ya udah nganterin, maaf ngrepotin kalian pagi ini."
"It's okay. Lagian Kevin juga udah bener mesenin tiket lo pagi buta kayak gini. Nanti sampai sana malem, lo bisa istirahat dulu terus paginya baru ketemu Senja."
"Gimana nanti kalau Senja nggak mau ketemu aku dan nggak mau dengerin penjelasanku?"
Naren dan Reno kompak tertawa keras. Apa hal yang baru saja Larissa tanyakan adalah sebuah lelucon?
"Belum juga lo nyampe sana, Ris. Gue kasih tahu ya, Senja itu bulol banget sama lo, jadi gue jamin seratus persen dia bakalan dengerin apapun yang lo bilang." Naren berucap sembari menepuk-nepuk pelan pundak Larissa.
"Dahlah, sana masuk. Salam buat Senja ya."
Larissa berbalik melangkahkan kakinya dengan mantap kearah pintu keberangkatan, sekali lagi ia mencoba menoleh kebelakang dan mendapati kedua sahabat Senja masih di sana menatapnya. Ia mengangguk pelan sebagai tanda pamit dan dibalas lambaian tangan Naren juga senyum Reno.
"Sam, lo lagi sama Senja kan?" Reno mengeluarkan ponselnya dari saku hoodienya, ponsel yang sedari tadi memang terhubung dengan Samudra diujung sana.
"Lagi sibuk ngambis. Rissa udah berangkat?"
"Lo denger sendiri kan dia ngomong."
"Iya anjir, dia bisa ngomong ternyata. Ups--" seruan Samudra terputus.
"Bego lo. Kalau Senja sampai tahu, lo yang gue mutilasi duluan." Naren menyambar ponsel Reno.
"Enggak bakalan denger dia. Ahh jadi rindu Starla gue."
"Kalian sendiri yang suka mempersulit keadaan. Dahlah, nanti gue kabari lagi kalau Larissa dah sampe. Di sana masih tengah malem kan? Tidur lo! Ajak itu si tukang ambis tidur! Tidur! Bye!" Naren menutup panggilannya sepihak.
"Lo persis emak-emak deh, Na." Komentar Reno saat Naren mengembalikan ponselnya.
"Kalau bukan gue yang ngomel, siapa lagi yang mau ngurusin lo bertiga? Hah?" Semprotnya berlenggang meninggalkan Reno yang tertawa puas.
Sementara itu didalam bandara, langkah kaki Larissa terasa semakin berat, ingin sekali rasanya ia berbalik arah dan kembali berlindung dibalik punggung ayahnya.
🌌🌌🌌
"Gue pergi dulu, Sam." Pamit Senja pada Samudra yang tengah tergeletak mengenaskan disofa ruang tamu apartement mereka.
Selama di Paris, mereka memang memutuskan untuk tinggal berdua, mengingat betapa bawelnya Starla yang selalu menanyakan keberadaan salah satu dari mereka jika tidak ada kabar.
"Kemana?"
"Seine."
Samudra hanya menganggukkan kepalanya, sudah menjadi kebiasaan Senja selama di Paris setiap hari akan berkunjung ke sungai Seine dengan buku sketsanya. Samudra pun hapal betul apalagi jika Senja sedang banyak pikiran maka pelariannya ke pinggiran sungai Seine dengan buku sketsa di pangkuannya.
"Sam."
"Hm."
"Hubungi Starla, kasian lo diemin dia dari kemarin."
KAMU SEDANG MEMBACA
Senja || Huang Renjun
Fanfiction"Senja, bagaimana bisa aku melukai laki-laki sebaik kamu. Maaf karena aku terlambat tahu segala hal tentangmu. Senja, maaf aku membohongimu. Maaf."-Larissa Gistara Putri "Larissa, jika kamu merasa berada ditempat yang salah maka kembalilah padaku. T...