Senja sedang menatap langit jingga dirooftop apartementnya. Ia sedang mengasingkan dirinya setelah tadi pagi ia mendapati sebuah pesan menohok dari gadis yang sangat dipujanya.
Ingatan Senja kembali terlempar pada peristiwa tadi pagi.
"Larissa." Panggilan Senja sama sekali tidak digubris.
Senja memang sengaja menunggu Larissa di depan pintu masuk ke kampusnya dan mengikuti gadis itu hingga hampir sampai dikelasnya.
Entah hanya perasaan Senja saja atau memang hal yang sebenarnya terjadi, bahwa Larissa tengah menghindarinya secara tiba-tiba. Senja tahu kalau gadis itu tidak akan memakai alat bantu dengarnya di lingkungan kampus, tapi jika ada Senja maka gadis itu akan memakainya.
Berbeda dengan pagi ini, Larissa melihat dengan sangat jelas bahwa Senja dihadapannya bahkan mengekor dibelakangnya tapi gadis itu seakan buta dan memilih tidak memakai alat bantu dengarnya. Begitupun dengan pandangannya yang selalu menghindari bertatapan langsung dengan dua manik Senja, seolah tidak ingin melihat dan mendengar apapun yang Senja katakan.
Lantas secara perlahan, gadis itu memberikan satu buah note yang sudah berisi coretan tangannya. Setelah memberikan kertas itu, Larissa segera menghilang dari pandangan Senja.
Senja, jauhi aku. Pergi sejauh yang kamu bisa.
Senja, nggak seharusnya kamu ada di sisiku. Pergi, tinggalkan aku.
Kalau kamu enggan menjauh, biar aku yang melakukannya.
Kamu membuatku semakin kesulitan.
Maaf dan terimakasih atas semua bantuan yang kamu berikan padaku.
Terimakasih juga untuk alat bantu dengar yang kamu berikan untuk kedua kalinya.
Maaf, Senja.Senja membeku, menatap kosong kearah tulisan tangan Larissa yang rapi. Sementara gadis yang tadinya berada dihadapannya kini telah menghilang.
Senja mencoba mencari keberadaan Larissa namun gadis itu sudah menghilang, dikelasnya pun tidak ada, ponselnya juga tidak aktif. Dengan berat hati Senja mencoba mengabaikan semua pikiran buruknya tentang keinginan Larissa yang tiba-tiba.
"Kedua kalinya ya?" Gumam Senja pada dirinya sendiri. "Berarti kamu ingat pertemuan pertama kita beberapa bulan yang lalu."
"Arghh sial." Pekiknya mengacak suraina frustasi.
Apa yang Senja takutkan terjadi, gadis itu lebih memilih untuk menjauh dari jangkauannya.
"Kamu salah langkah kalau memilih menjauh dariku Larissa. Karena cuma aku yang mengetahui semua tentangmu." Bisiknya pelan kearah langit senja dihadapannya.
"Radit." Panggilan seseorang membuat Senja menoleh, dapat ia lihat Laras sedang berdiri diambang pintu rooftop.
"Ngapain lo bisa di sini?" Tentu saja Senja bingung, karena yang mengetahui tentang apartementnya cuma sahabatnya dan Papa.
Laras mendekat, berjalan angkuh dengan mengangkat dagunya tingi-tinggi. Hal yang sangat tidak Senja sukai dari gadis ini adalah kesombongannya.
"Gue tahu semua tentang lo dan dimanapun lo berada." Jawabnya santai sambil mendudukkan dirinya disebelah kiri Senja.
Senja sedikit menggeser duduknya agar lebih jauh dari Laras dan tertawa sarkas.
KAMU SEDANG MEMBACA
Senja || Huang Renjun
Fanfiction"Senja, bagaimana bisa aku melukai laki-laki sebaik kamu. Maaf karena aku terlambat tahu segala hal tentangmu. Senja, maaf aku membohongimu. Maaf."-Larissa Gistara Putri "Larissa, jika kamu merasa berada ditempat yang salah maka kembalilah padaku. T...