Larissa masih merasa canggung saat Senja dengan tiba-tiba masuk kembali ke kamar. Walaupun Larissa sudah mengaku jika ia ingat tentang status antara dirinya dan Senja. Namun gadis itu masih merasa bersalah karena telah berbohong dan tidak mampu menjelaskan tentang apapun kepada laki-laki itu.
"Jangan ngelamun." Suara halus Senja membuyarkan lamunannya.
Senja terlihat sibuk menata barang di meja belajarnya, sepertinya laki-laki itu hendak pergi ke kampus. Larissa memutuskan untuk menghampiri Senja dengan langkah pelan dan terseret.
Kedua tangan Larissa menelusup dari arah belakang melingkari perut Senja dengan erat, membuat laki-laki itu tertegun dan menghentikan kegiatannya. Matanya menatap sepasang tangan yang melingkar diperutnya, kemudian tangan Senja mengusap punggung tangan mungil itu pelan.
Senja hendak berbalik namun Larissa menahannya dengan gelengan pelan yang dapat ia rasakan dipunggungnya. Akhirnya laki-laki itu mengalah, membiarkan gadisnya memeluknya dari belakang dengan erat.
"Kenapa?" Tanyanya pelan dan hanya mendapati sebuah gelengan yang kembali terasa dari balik punggungnya.
Senja merasakan bahwa pelukan dari arah belakang itu semakin mengerat dan sesekali terdengar sebuah isakan kecil yang lolos dari bibir ranum gadis dibelakangnya. Senja juga merasakan basah yang menembus kaosnya hingga terasa dibagian kulit punggungnya.
Larissa menangis lagi, menumpahkan seluruh perasaan sesak yang ia pendam dengan memeluk Senja.
Senja berbalik dengan sekali gerakan, membuat Larissa berakhir dalam dekapannya dan menenggelamkan wajahnya di dada bidang laki-laki dihadapannya.
"Sayang." Bisiknya pelan. "Aku nggak papa." Senja seolah tahu rasa gundah yang tengah gadisnya rasakan.
Larissa semakin menangis, dia benar-benar merasa kacau hari ini. Senja mengusap pelan punggungnya mencoba menyalurkan ketenangan agar gadis dipelukannya ini berhenti menangis. Senja mengecupi secara perlahan dipuncak kepala Larissa.
"Aku nggak papa." Bisik Senja mengulang kalimat yang sama.
Larissa mendongak menatap netra karamel Senja dalam diam, pandangannya kembali mengabur kala air mata mendesak untuk keluar. Dengan sigap Senja menghapus buliran air mata disudut mata gadisnya.
"Aku nggak papa. Tenang ya."
Larissa menggeleng, sifat Senja dari dulu memang sama dan tidak pernah berubah. Laki-laki itu mengerti tentang apapun yang mengganjal dihatinya meskipun ia sendiri tidak mengungkapkannya.
Senja tahu kalau Larissa tengah mengkhawatirkan dirinya karena belum mampu atau bahkan tidak akan pernah mampu mengungkapkan semua yang ia alami selama menghilang dari radar Senja.
"Aku takut Senja marah. Maaf aku buat kamu kecewa lagi. Senja, aku takut." Jelasnya dengan mata masih berair.
Senja menampilkan senyum terbaiknya. "Aku nggak marah dan aku nggak akan pernah bisa marah sama kamu. Jadi apa yang perlu kamu takutkan?"
"Mau aku ceritakan sesuatu?"
"Kalau kamu mengizinkan dan akan baik-baik aja setelahnya."
"Tapi maaf, aku nggak bisa cerita semuanya. Hanya beberapa hal yang seenggaknya harus kamu tahu." Senja hanya mengangguk menanggapi kalimat Larissa barusan.
Setelahnya Senja membawa Larissa kearah sofa yang ada dikamar, menempatkan posisi sang gadis senyaman mungkin dan Senja mengamati setiap pergerakan tangan gadisnya dengan sangat teliti.
"Satu tahun yang lalu, saat aku pergi bersama ayah. Mobil yang kami tumpangi mendadak tidak terkendali dan ayah membanting stirnya kearah jurang dan setelahnya yang aku ingat hanyalah aku yang berguling-guling di dalam mobil dan ayah yang selalu menggenggam tanganku. Aku tidak tahu bagaimana bisa aku terbangun dirumah sakit ditemani Mama yang menatapku sinis, lukaku cukup parah beberapa tulangku patah dan aku mengalami amnesia ringan. Tapi naas kabar yang aku terima tentang ayah adalah beliau koma hingga sekarang. Dan Mama bilang kalau aku yang jadi pembawa sial bagi keluarganya."

KAMU SEDANG MEMBACA
Senja || Huang Renjun
أدب الهواة"Senja, bagaimana bisa aku melukai laki-laki sebaik kamu. Maaf karena aku terlambat tahu segala hal tentangmu. Senja, maaf aku membohongimu. Maaf."-Larissa Gistara Putri "Larissa, jika kamu merasa berada ditempat yang salah maka kembalilah padaku. T...