Empat sekawan yang semula berada diruang tengah basecamp mendadak memutuskan untuk berpindah ke ruangan bawah.
"Are you sure with that statement, Senja?" Reno membuka suaranya setelah hening beberapa saat melingkupi ruangan khusus itu.
"Gue tadi sengaja di rooftop apartement, memang sengaja nungguin Laras dateng ke gue. Dan ya dia dateng tapi nggak sendirian."
"Terus?"
"She is with Larissa's husband."
Ungkapan Senja membuat ketiga temannya semakin heran dan kebingungan sendiri.
"Wait. What happen with this situation?"
"Gue nggak tahu. Tujuan Laras yang sebenarnya itu siapa, gue belum nemuin titik terang. Dan juga soal Larissa yang ketakutan banget ayahnya kenapa-kenapa, sampai minta tolong sama gue. Apa masalah Laras sama gue sampai-sampai dia tahu tentang keberadaan Starla, padahal informasi soal Starla dijaga banget sama Papa." Jelas Senja panjang lebar.
"Dan kemana Larissa menghilang selama satu tahun ini?" Samudra menanggapi dengan pertanyaan yang memang terhubung pada kalimat Senja.
"Laras sebenarnya terobsesi sama Larissa atas sebab apa?" Reno juga ikut mengutarakan pemikirannya.
"Atau semua yang Laras lakuin atas dasar apa? Terus tentang apa yang terjadi sama Larissa itu ada hubungannya sama lo juga Ja?" Naren melanjutkan pertanyaan Reno.
Semua pertanyaan yang terungkap itu membuat Senja pusing sendiri.
"Hell, disini gue juga bingung anjir. Waktu gue cuma dua bulan dan gue harus segera nemuin akar masalahnya. Gue nggak bisa ninggalin Larissa dengan keadaan dia yang kayak gini." Erang Senja frustasi.
Mereka kembali terdiam dan sibuk dengan pikiran masing-masing.
"Oke, gue turun tangan kelapangan." Reno memecah keheningan membuat tiga pasang mata kembali memperhatikannya. "Boleh kan, Ja?"
Senja masih terdiam, otaknya berpikir mengenai kemungkinan lain yang akan terjadi sampai akhirnya mengangguk tegas.
"Oke. Kalau gitu bagi tugas. Nono awasin semua gerak gerik Laras. Nana cari semua informasi yang bisa lo dapetin soal hubungan Laras sama Larissa. Samudra bantu gue jaga sama ngawasin situasi disekitar kita." Finalnya.
"Tapi jangan sampai buat Larissa sama Laras curiga. Kalau Larissa tahu dan merasa terancam, gue takutnya dia menghilang lagi." Lanjut Senja.
"Tenang deh Ja. Bokapnya Larissa masih ada di kita jadi dia nggak mungkin bisa lepas dari kita lagi." Samudra mengerti tentang kegelisahan yang Senja rasakan.
"I know but it's really complicated. Apa harusnya gue nggak ikut campur ke dalam hidupnya yang sekarang? Mungkin gara-gara gue dia jadi makin menderita kayak gini." Senja menyandarkan kepalanya pada sandara sofa, matanya menatap satu titik lampu dilangit ruangan.
"Bukan salah lo, Ja. Dari apa yang gue lihat kayaknya dia udah self harm sejak lama. Nanti minta tolong sama Mami kalau udah ditahap kayak Starla dulu." Samudra menepuk pundak Senja pelan.
"Tapi dia udah ditahap mengkhawatirkan juga, Samudra. Lo lihat kemarin dia luka-luka kayak gitu dan nggak bereaksi apa-apa waktu gue obatin. Dia depresi dengan alasan yang nggak gue tahu, sedangkan dia sendiri nggak mau cerita soal apapun yang terjadi dalam hidup dia selama menghilang dari gue. Mentalnya sakit." Ucap Senja dengan nada yang terlihat gusar dan frustasi.
"Jangan terlalu dipikirin, yang penting lo bisa jaga mental Larissa selama dia ada dalam pengawasan lo. Fokus aja ke Larissa sama Starla, sisanya kita yang ngurus." Naren ikut duduk disamping Senja.
KAMU SEDANG MEMBACA
Senja || Huang Renjun
Fanfic"Senja, bagaimana bisa aku melukai laki-laki sebaik kamu. Maaf karena aku terlambat tahu segala hal tentangmu. Senja, maaf aku membohongimu. Maaf."-Larissa Gistara Putri "Larissa, jika kamu merasa berada ditempat yang salah maka kembalilah padaku. T...