Begin

168 13 3
                                    

"Dia anak beasiswa yang cacat itu kan?"

"Iya, dih bisu aja bisa masuk sastra jerman loh."

"Lah kalau dia presentasi gimana ngomongnya?"

"Denger-denger dia juga tuli."

"Inceran Laras dia tuh."

"Oh ya, dia juga sering nggak masuk kelas tapi dapet nilai bagus mulu."

"Nyogok jangan-jangan."

Terdengar bisikan-bisikan aneh yang menyapa pendengaran Senja di kantin waktu itu. Bersama ketiga sahabatnya yang juga acuh mendengar gosip yang tengah beredar diseluruh penjuru kampus.

"Ada apaan sih?" Senja akhirnya bertanya juga.

"Makan dulu aja deh Ja, biar si tukang gosipnya ada tenaga buat ngomong." Balas Reno sembari melirik Samudra yang tampaknya tidak peduli.

Mereka menyelesaikan makan dalam diam, hal yang biasanya jarang terjadi sebab pasti selalu ada pertengkaran atau sekedar cibiran yang keluar dari mulut mereka.

"Jadi---" Samudra mencodongkan dirinya kedepan agar sahabatnya mampu mendengar ucapannya dengan sangat jelas. Lantas ketiga orang lainnya pun ikut memajukan badannya sedikit lebih dekat dengan Samudra.

"Ada anak baru, beasiswa kayaknya tapi dia tuli sama bisu. Dan hebatnya dia masuk jurusan sastra Jerman. Wow." Ujarnya kemudian heboh sendiri.

"Kok gue baru denger?" Naren bertanya.

"Dia dulu masuk 1kali terus tiba-tiba absen seminggu, terus masuk lagi 1 kali terus absen lagi selama dua minggu, nah kemarin dia udah masuk lagi. Ya, jelas nggak ada yang tahu lah, orang dia aja jarang masuk. Sekalinya masuk cuma di kelas. Terus nih ya, dia jadi sasaran barunya Laras. Tapi denger-denger setiap dia masuk pasti ada bekas luka atau kalau nggak wajahnya lebam-lebam. Nah menurut asumsi lo pada dia kenapa bisa begitu?" Samudra bercerita dengan semangatnya.

"Tahu darimana lo?"

"Hei jangan remehin kupingnya Samudra ya." Serunya membanggakan diri sendiri.

"Larissa." Ketiga sahabatnya Senja sontak menatapnya karena menyebutkan satu nama keramat yang selama satu tahun ini tidak pernah terdengar dari bibir Senja lagi.

"Maksudnya?"

Senja menunjuk kearah stand makanan, membuat ketiga pasang mata beralih menuju arah telunjuk Senja.

"What the f*ck!" Samudra lantas segera membekap mulutnya.

"What the hell, dude." Naren pun bereaksi sama, hanya Reno yang terlihat mampu mengendalikan umpatannya.

"Uwahh, what happen in this situation?" Samudra heboh sendiri dan hendak beranjak untuk menghampiri arah telunjuk Senja tadi. Namun segera dicegah oleh Senja.

"Jangan. Biarin aja, kita awasi dari sini." Ucapnya tak terbantahkan.

"Tapi Ja, menurut gue ada yang aneh deh." Naren sedikit berbisik.

"Apanya?"

"Lo tahu maksud gue yang sebenarnya."

"Nanti aja Nana. Kita urusin itu nanti, lihat aja dulu."

"Kayaknya bakal ada keributan nih." Ucapan Reno membuat yang lainnya bingung.

Namun mereka langsung mengerti saat tiga orang gadis menghampiri salah satu stand makanan.

"Ngapain tuh biang onar nongol jam segini." Samudra mendengus tidak suka.

"Gangguin Senja lah, siapa lagi?" Reno tersenyum mengejek, sementara Senja memutar bola matanya malas.

Senja || Huang RenjunTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang