Alea menyuapkan satu sendok terakhir nasi goreng yang dia buat sendiri ke dalam mulutnya. Sambil terus menimang sang putra yang rewel karena badannya sedikit panas.Entah kemarin Alga mengajak Avian bermain di mana saja. Selain kaki yang terluka, ternyata ulah sang ayah yang bermain air di dalam bak berdua juga menyebabkan Avian demam.
Makan sambil menggendong anak. Atau bahkan membereskan kamar sambil menidurkan Avian di gendongan sudah biasa Alea jalani. Dia tidak masalah dengan semuanya karena mulai terbiasa.
Alga mengirim pesan padanya bahwa laki-laki itu belum memikirkan apa yang Alga inginkan dari sang istri. Alea tidak begitu ambil pusing. Toh, ujung-ujungnya Alga akan meminta hal yang sama meski Alea menawarkan yang lain.
Sore ini dia harus ikut berkumpul dengan para tetangga dan ibu-ibu muda di komplek tempat tinggalnya. Membahas tentang apa saja, intinya ghibah for better life.
Selesai dengan makan siangnya, Alea naik ke atas untuk menidurkan Avian ke ranjang bayi.
"Ya ampun.... Gumus banget anak mama... Pengin gigit," kata Alea gemas sambil sedikit mencubit pipi Avian yang sedikit tembem.
"Mirip banget sama papa kamu. Heran. Padahal waktu hamil mama benci banget sama papa kamu," kekeh Alea. "Eh, tapi pipinya mirip Mama dong. Lucu imut gitu, ya kan?" Alea tertawa sendiri. Avian bergerak, membuat Alea refleks menutup mulutnya.
"Tunggu papa pulang, ya, Nak. Mama mau mandi. Dari kemarin nggak ikut ghibah sama tetangga. Nggak enak," kata Alea lagi, mencoba mengobrol dengan putranya yang sedang tertidur pulas.
Alea keluar dari kamar Avian dan memasang bel seperti biasa, agar ketika Avian bangun dia tahu dan tidak terlambat menghampiri anak sulungnya itu.
⚫️⚫️⚫️⚫️⚫️
Sepanjang rapat dewan direksi perusahaan, Alga tidak begitu peduli dengan pembahasan kontrak kerja dan lainnya. Dia sibuk memikirkan apa yang ia inginkan dari Alea.
Dia bingung. Semua yang ia butuhkan dari Alea sudah terpenuhi tanpa kekurangan sedikit pun. Bahkan tanpa meminta pun, Alea pasti akan memberikan dengan sukacita.
Alga menggaruk kepala yang tidak gatal dengan ujung ballpoint. Saat seorang karyawan perempuan berdiri hendak membaca laporan, Alga tiba-tiba terfokus padanya.
Karyawan itu setingkat dengan Cindy. Dia baru sadar kalau perempuan itu berpenampilan elegan dan cantik.
Make up tipis dengan rambut terurai hitam dan lurus menambah poin kecantikan perempuan itu.
Tiba-tiba Alga tersenyum tipis.
Cantik.
Karyawan bernama Lina itu tersenyum ramah ke arah Alga yang juga membalas senyumnya. Dia salah tingkah karena menyadari Alga memperhatikannya sedari tadi.
Beberapa menit kemudian, rapat resmi selesai. Semua karyawan membubarkan diri terkecuali Lina yang tiba-tiba menahan Alga untuk keluar ruangan.
"Ada yang bisa saya bantu, mas?" tawar Lina. "Saya lihat dari tadi mas fokus banget ke saya," katanya dengan pipi merona.
"Ahhh," Alga mengangguk pelan. "Terimakasih karna penjabaran kamu tentang laporan itu sangat memuaskan," puji Alga, lalu tersenyum tipis dan keluar lebih dulu.
Lina menunduk malu. Dia merasa sepertinya wajahnya terbakar habis dan dia yakin wajahnya terlihat sangat merah sekarang.
"Pantas aja Cindy tergila-gila," Lina terkekeh pelan. "Gue yakin mas Alga bukan cuma muji karena penjabaran gue tadi. Pasti itu cuma kode," kata Lina meyakinkan diri kalau Alga menyukainya.
KAMU SEDANG MEMBACA
Our Journey (Hiatus)
RomanceMenikah. Hal yang sangat Alea nantikan setelah dirinya memantapkan hati untuk mengarungi bahtera rumah tangga dengan Alga. Expetasi Alea tentang kehidupan pernikahan begitu harmonis, apalagi suaminya adalah Alga. Laki-laki yang selama ini mengisi pe...