27. Tepat

956 72 3
                                    


"Bismillahirohmanirrohim....."

Semua orang terlihat tegang dan serius secara bersamaan. Duta mengulurkan tangannya saat tangan penghulu sudah siap berjabat di atas meja.

"Saya nikahkan dan kawinkan kamu, dengan Anisa Nabila binti Rudi Ahmad, dengan mas kawin uang tunai lima juta rupiah dan seperangkat alat sholat dibayar TUNAI!"

Duta menarik nafas dalam-dalam.

"Saya terima nikah dan kawinnya Anisa Nabila binti Rudi Ahmad, dengan mas kawin yang disebutkan dibayar tunai!"

"Bagaimana para saksi? Sah?"

"SAH!"

"SAH!"

"Alhamdulillah...."

Semua orang bernafas lega. Penghulu menuntun doa dengan suasana haru.

Devi tersenyum ikhlas meski ia meneteskan air mata. Air mata sedih sekaligus bahagia. Dia bahagia pernah menjadi bagian cerita cinta antara Duta dan Anisa.

"Dev!" panggil Helena dengan bisikan. Helena melambai dari arah ruang tertutup.

Devi mendekat, lalu menuntun sang mempelai wanita menuju singgahsana.

"Selamat, ya, Sa," bisik Devi. Anisa membalas genggaman Devi sama eratnya. "Jangan nangis. Nanti mata kamu merah. Sayang make up," kikik Devi, berusaha menghibur dirinya sendiri.

"Makasih banyak, ya, Dev. Kamu benar-benar perempuan yang hebat. Aku—"

"Sstttt," Devi menepuk punggung tangan Anisa. "Ngomongnya nanti aja. Duta udah nungguin, tuh!"

Genggaman Devi terlepas saat Duta menyambut kedatangan pengantinnya.

Dia melirik ke arah Devi sambil mengangguk dan tersenyum. Devi membalas dengan hal yang sama.

Pemasangan cincin, foto, resepsi, semua sesi acara terlaksana dengan baik hari itu juga. Bahkan, Devi mengurungkan niatnya untuk pulang lebih dulu setelah Duta dan Anisa memohon agar Devi tetap tinggal.

Sakit?

Tidak. Devi merasa hatinya tidak sesak seperti saat menjalani cinta segitiga. Dia benar-benar ikhlas. Rasa sakit itu hilang begitu saja saat semua orang menyambutnya dengan kekeluargaan.

Terutama Anisa. Perempuan yang dulu dia sakiti karena dengan bodohnya dia merebut Duta miliknya. Meski sering bersitegang, tapi Devi akui, Anisa adalah sosok perempuan yang dibutuhkan Duta. Dibanding dirinya yang hanya mengandalkan sikap dewasa.

"Aku senang, kamu memilih orang yang tepat buat kamu," kata Devi saat duduk berdua dengan Duta.

"Aku sayang kamu," jawab Duta tanpa beban. Devi berdecak sinis sambil memukul lengan mantan pacarnya itu.

"Kalau sampai aku dengar kamu sakitin Anisa, aku jamin kalian cerai sampai talak 3," ancam Devi.

"Iya, Dev. Aku bakal berbagai cinta aku cuma sama Anisa dan anak-anak kami nanti."

"Bagus deh."

"Janji juga sama aku. Kamu harus sama laki-laki yang lebih baik dari aku."

"Itu pasti. Move on itu nggak harus besok nyusul nikah, kan?"

"Ya nggak, sih. Tapi kabarin kalau udah ada orang yang serius sama kamu. Bagaimana pun, aku sayang kamu."

"Udah. Jangan ngomong sayang lagi. Kalau Anisa dengar, bisa-bisa dia nyuruh kamu poligami," mereka berdua tertawa ringan.

Anisa selesai melepas baju resepsi dan menghapus make upnya. Dia bergabung bersama suami dan sahabat barunya itu. Mereka bertiga terlihat serasi. Seperti Duta benar-benar memperistri dua perempuan itu sekaligus.

Our Journey (Hiatus)Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang