32. Badai Pernikahan Sarah

1.1K 82 6
                                    


Dua hari yang lalu Sarah meluapkan segalanya di hadapan Alea dan Alga. Rasanya lega sekaligus malu, dia datang membawa masalah.

Sarah duduk termenung menunggu Robin pulang. Suaminya selalu pulang jam 9 malam sejak beberapa bulan yang lalu.

Apartemen yang kini beralih jadi miliknya adalah pemberian Robin agar Sarah tidak perlu tinggal di rumah mertuanya. Selama 5 bulan ini Robin tidak pernah menyentuhnya lagi. Mungkin laki-laki itu sudah bosan dengannya, pikir Sarah.

Pernikahan mereka baru 1 tahun lebih. Tapi Sarah merasa masalah yang mereka hadapi seperti pernikahan yang sudah seabad mereka jalani.

Begitu berat. Sarah pernah berpikir untuk mengakhiri hidupnya saja daripada hidup seperti ini.

Bunyi pin dibuka langsung mengalihkan perhatian Sarah. Dia tersenyum tipis. Robin pulang lebih awal rupanya. Biasanya dia pulang jam 9 lebih 15 menit. Tapi sekarang lebih cepat.

8 lebih 57 menit.

"Udah makan malam?" tanya Sarah sambil menerima jas dan tas kerja milik Robin.

"Nggak lapar. Aku mau mandi dan langsung tidur," setelah melepas sepatunya, Robin berlalu begitu saja.

Sarah mendesah pelan, membuat Robin berhenti dan menoleh ke belakang.

"Sebelum tidur kamu makan dulu," katanya, lalu masuk ke kamar.

Perempuan itu memejamkan mata sebentar, menahan air mata yang hendak jatuh.

"Makan apa? Bahkan kamu nggak pernah buka tudung saji," gumam Sarah.

Sarah tahu Robin pulang malam karena laki-laki itu pulang ke rumahnya terlebih dahulu.

Pulang ke sana untuk berdebat dengan keluarga, kemudian mendatanginya untuk meluapkan emosi.

Tidak ada kekerasan. Tapi Sarah selalu mendapatkan teriakan dan bentakan.

Robin bukan orang yang seperti itu. Dia sangat mencintai Sarah. Sikapnya berubah sejak masalah itu datang ke dalam keluarga mereka.

⚫️⚫️⚫️⚫️⚫️

Tidur saling membelakangi. Ranjang besar itu seperti tidak ada yang meniduri. Tidak ada gerakan sama sekali.

Robin yang tidur dengan mata terbuka, juga Sarah yang matanya terpejam tapi tidak tidur.

Sarah membuka matanya ketika merasakan Robin beranjak dari sana.

"Mau kemana?" tanya Sarah. Robin membuka kaos, menggantinya dengan kemeja.

"Cari angin," jawab Robin singkat, kemudian mengambil kunci mobil dari nakas.

"Sayang," panggil Sarah, tapi Robin berlalu begitu saja, menutup pintu dan tidak terdengar suara laki-laki itu lagi.

Sarah kembali memiringkan posisinya, menatap kosong motif bed cover yang berwarna biru cerah dengan corak bunga dimana-mana.

Matanya meneteskan air mata. Jari telunjuknya menulis kalimat di atas kasur dengan huruf China, bahwa dia sangat mencintai Robin. Tulisan yang ia tulis berkali-kali, namun tidak akan terlihat oleh siapapun, kecuali dirinya.

Sarah menangis. Kini suara lirih itu yang memenuhi ruangan. Dia rasa kepalanya sangat berat untuk sekedar bersandar di sandaran ranjang.

Dia meraih ponsel di nakas, mencari kontak Alea dan meneleponnya.

Sudah jam 11. Alea pasti sudah tertidur. Dia tidak tahu diri memang, tapi dia sangat butuh Alga dan Alea. Hanya mereka yang Sarah kenal.

⚫️⚫️⚫️⚫️⚫️

Our Journey (Hiatus)Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang