Tidak tahu Alga akan menatapnya seperti itu berapa lama lagi. Gara-gara foto yang diunggah Jovian di akun media sosial laki-laki itu Alga jadi cemburu sampai tidak mau melepas tangan Alea yang kini ia genggam."Aku udah jelasin. Udah minta maaf juga. Masih marah?" tanya Alea dengan manja.
"Diam-diam kamu cari Papa baru buat Zona dan Avian? Emang aku sama Mas Dzul—ah, bukan. Emang aku kurang buat kamu?" dengus Alga masih tak terima.
Alea tersenyum menggoda. "Nggak gitu, Sayang. Lagian Jovian mau nikah. Masa anaknya 2 bapaknya 3? Aku kelihatan laku banget, ya?"
"Kamu, meskipun bentukannya begini kamu itu cantik Alea. Siapa orangnya juga nggak bakal nolak. Beda sama aku."
"Bedanya kamu nggak ada acara blablabla langsung dilamar duluan sama perempuan, ya kan?" cengir Alea. Alga meliriknya tajam. Tidak mau luluh dengan wajah manis istrinya itu. Pokoknya Alga mau marah!
"Aku nggak suka ya kamu kayak gitu. Pakai acara foto berempat sama orang lain. Apalagi Jovian pernah suka sama kamu. Aku nggak mau—"
Cup!
Alga terdiam beberapa saat sedangkan Alea tersenyum manis. Barusan dia mencium bibir suaminya agar berhenti mengomel.
Laki-laki itu tertawa sinis. "Kamu pikir aku bakal luluh cuma karena satu ciuman kamu—"
Cup!
Lagi-lagi cara itu yang diambil Alea, bahkan sambil mengedipkan mata.
Alga berdecih sinis dan membuang muka. Tidak mau terlihat senang karena perlakuan sang istri.
"Aku tahu kamu murahan," Alea tertawa puas. Sedangkan Alga mendengus pelan, mengakui dia memang tidak bisa bohong kalau dia senang.
"Mas Dzul bentar lagi datang jemput Zona. Aku mau mandiin si sulung dulu," Alea melepas genggam tangan suaminya dan keluar dari kamar.
Alga menatap pintu yang ditutup pelan oleh sang istri. Dia tersenyum smrik.
"Awas aja. Malam ini kamu nggak akan bisa lepas dari aku."
⚫️⚫️⚫️⚫️⚫️
Sore ini bakery cukup ramai, membuat Alea sibuk membungkus pesanan kue kering dan cake pesanan para pelanggan.
Avian dan Zona sedang tidur di kantor nenek mereka, sementara Dzul dan Alga belum datang menjemput anak-anak mereka.
Lagi-lagi suara lonceng yang terdengar karena pintu dibuka begitu nyaring di telinga. Alea menoleh sebentar, kemudian kembali sibuk dengan bungkus pesanan.
Ada dua pelayan yang membantunya menyambut dan melayani tamu. Alea tidak peduli ikatan rambutnya sudah berantakan dan keringat yang terlihat jelas di dahinya.
"Mbak, ada yang nyari," kata salah satu pelayan. Alea berdecak pelan. Dia masih sibuk merapikan kotak cake.
"Tolong gantiin saya ya mbak," Alea mencuci tangannya, merapikan rambutnya sedikit, kemudian keluar dari dapur.
Alea lupa bertanya siapa yang mencarinya barusan. Dia mengedarkan pandangan. Kalau orang itu mencarinya berarti ia mengenalnya.
Salah satu kursi diduduki perempuan berambut coklat dan bergelombang. Sepertinya dia mengenal orang itu.
Alea mendekat ke meja itu. "Sarah?"
Perempuan itu menoleh, kemudian berdiri dan tersenyum ramah.
"Hai, apa kabar?" perempuan bernama Sarah itu mengulurkan tangannya hendak bersalaman.
"Lo ngapain di sini?" tanya Alea heran.
KAMU SEDANG MEMBACA
Our Journey (Hiatus)
RomanceMenikah. Hal yang sangat Alea nantikan setelah dirinya memantapkan hati untuk mengarungi bahtera rumah tangga dengan Alga. Expetasi Alea tentang kehidupan pernikahan begitu harmonis, apalagi suaminya adalah Alga. Laki-laki yang selama ini mengisi pe...