Alea menatap lembut ke arah Alga yang tidak tahu tidur sungguhan atau hanya ingin mengalihkan pandangan dari Alea.Dia tidak tahu isi diary itu. Belum sempat membacanya sudah dapat spoiler dari anak sendiri.
"Apa? Kamu mau apa? Mau ronde kedua?" tanya Alga yang masih memejamkan matanya. Dia tahu dari tadi Alea masih menatapnya.
Wanita itu tertawa pelan. Dia tidak bisa meraih bajunya yang dilempar jauh oleh Alga beberapa jam yang lalu.
"Isi diary itu ..."
"Tentang kita. Semua tentang kita di masa lalu," jawab Alga yang kini membuka matanya.
"Kenapa kamu kasih nama MY OLD STORY?"
"Karena emang cerita itu udah kuno. Cerita kita yang baru sedang kita tulis bersama, kan?" jawab Alga dengan senyum lembutnya.
"Baju aku kemana sih," Alea benar-benar kedinginan karena AC menyala dan dia tidak memakai sehelai benang pun. Hanya selimut, tapi tidak cukup.
Alga menghentikan Alea yang akan bangun dari tempat tidurnya. Dia memeluk Alea tak lupa dengan ciuman lembut di leher sang istri.
"Kamu mau tahu isi keseluruhan buku itu?" tawar Alga.
"Iya. Tapi biar aku baca sendiri," kekeh Alea.
"Jangan. Lebih asik aku yang jelasin. Tapi sambil ...," Alga memberi kode 18++++ yang membuat Alea menepuk pelan pipi suami nakalnya itu.
"Ya Allah... Semoga Adnan bangun...," kata Alea yang langsung mendapat dengusan dari Alga.
Alga kini tiduran terlentang sambil menatap langit-langit kamar yang putih doang. Tidak ada corak yang menarik.
"Aku hidup karena kamu. Ada salah satu halaman yang isinya aku nggak mau hidup lagi. Semoga Avian belum sempat membaca semuanya," kata Alga.
Alea menatap bingung suaminya itu.
"Maksud kamu?"
Alga beralih memeluk lengan Alea. "Aku pernah berpikir buat bunuh diri saat kamu tiba-tiba minta hubungan kita berakhir. Aku bahkan udah menyiapkan segala cara yang kemungkinan besar langsung bisa membawa aku ke neraka."
Alea menggeleng tak percaya. Separah itukah efek putus darinya?
"Racun dan tambang buat gantung diri udah aku siapin di gudang belakang rumah. Aku kalut. Semua itu salah aku sendiri dan aku nggak bisa memperbaiki itu. Jadi aku pikir dari pada semuanya berakhir sia-sia, aku nggak bisa hidup tanpa kamu, ya udah aku mati aja."
"Kamu gila, ya?!" protes Alea.
"Kan aku bilang itu dulu. Kalau seandainya diwaktu yang sekarang kamu minta cerai pun, aku juga akan melakukan hal yang sama."
"Itu bukan Alga!" Alea menggeleng pelan. "Segitunya kamu sampai mau melakukan hal itu? Gila!"
"Makanya, aku hidup karena kamu. Kalau bukan karena kamu, aku bukan Papanya anak-anak. Jadi, jangan tinggalin aku lagi, ya?" kata Alga memohon.
"Aku terguncang waktu itu. Aku bisa gila kalau saat itu kita nggak bisa balik lagi. Atau mungkin aku beneran udah nggak ada kalau beneran lihat kamu sama yang lain."
"Jangan tinggalin aku lagi, Alea. Aku nggak sanggup tanpa kamu."
Alea berdecih karena pernyataan yang barusan Alga katakan sambil memegang sesuatu.
Mungkin, jika mereka bukan pasangan akan jadi zina karena ulah Alga.
"Semoga Avian nggak baca yang lain selain itu," Alea menarik nafas dalam. Bagaimana jika putranya sudah membaca keseluruhan diary itu? Alga saja tidak mau mengingat hal buruk yang ia tulis, apalagi anak yang masih berumur 8 tahun itu.
KAMU SEDANG MEMBACA
Our Journey (Hiatus)
RomanceMenikah. Hal yang sangat Alea nantikan setelah dirinya memantapkan hati untuk mengarungi bahtera rumah tangga dengan Alga. Expetasi Alea tentang kehidupan pernikahan begitu harmonis, apalagi suaminya adalah Alga. Laki-laki yang selama ini mengisi pe...