Alga terbangun dari tidurannya saat mencoba memeluk Alea, namun istrinya itu tidak ada di tempatnya.Dia merasa haus. Mungkin Alea juga sama dan sedang berada di dapur sekarang.
Terdengar bunyi sendok yang bersenggolan dengan suatu benda. Alga buru-buru turun, ingin melihat sedang apa istrinya di dapur.
Alga tersenyum tipis. Dia hanya bisa mengintip Alea dari balik pintu. Istrinya sedang duduk di meja makan dan memakan cake coklat pemberian Mama kemarin.
Alea duduk dengan tenang sambil menikmati cake itu. Lampu dapur juga tidak dinyalakan.
Tinggal berdua dengan sang istri saja memang agak merepotkan ketika malam hari. Pembantu hanya datang pada jam 5 pagi untuk beres-beres dan jaga rumah kalau siang, lalu pulang jam 5 sore.
Tiba-tiba mata Alga terfokus pada pipi Alea yang mengembung berisi cake. Alea memang terlihat lebih gendut dari biasanya. Wajar saja, rata-rata ibu hamil pasti akan melar seiring berjalannya waktu.
Padahal, dulu Alea anti makan apapun kalau sudah malam hari. Alga menoleh ke jam dinding. Pukul 2 pagi Alea terbangun hanya untuk memakan sesuatu?
"Ya...." panggil Alga pelan, agar tidak mengejutkan Alea.
"Kok bangun?"
Alga mengambil gelas, lalu mengambil air minum dan duduk di sebelah istrinya.
"Haus. Kebetulan juga kamu nggak ada. Udah ketebak kamu di mana," kekeh Alga. Alea hanya tersenyum tanpa menghentikan aktivitas makannya.
"Lapar banget, ya? Mau aku bikinin sesuatu?" tawar Alga.
"Nggak. Aku cuma pengin ngemil aja."
Alga duduk sambil menyangga pipinya, memperhatikan Alea yang sedang makan dengan santai.
Alea menoleh, lalu menyodorkan sendok pada Alga. "Mau?" tawarnya.
Laki-laki itu tersenyum lebar. "Buat kamu aja."
"Ya udah," Alea lanjut memakan beberapa suap lagi.
"Aku baru tahu kamu suka bangun malam. Udah 4 kali ini."
Alea mengambil gelas milik Alga, lalu meminum sisa minuman Alga. "Sebenarnya udah dari lama. Dari sebulan yang lalu deh kayaknya," Alea berdiri dan menaruh wadah bekasnya di wastafel. "Cuma kan kamu nggak ikut bangun. Makanya nggak tahu."
"Habis ini sholat dulu, yuk?"
"Boleh," Alea tidak kembali duduk, malah menarik lengan Alga. "Aku pengin digendong," katanya, manja.
"Digendong?" Alga berpikir sebentar. "Kayaknya kamu tambah berat, deh."
"Enggak, kok. Berat dikit," jawab Alea sambil menyengir kuda.
Alga menatap Alea curiga. "Aku ragu."
"Nggak berat, kok. Yuk?"
Alga pasrah. Dia berjongkok, membiarkan Alea naik ke punggungnya. Malam ini saja. Badan Alea bukan hanya tambah berat, juga karena ada satu lagi calon manusia yang biasa disebut bayi.
⚪️⚪️⚪️⚪️⚪️
Hari ini setelah dibentuk tim untuk proyek minggu depan, Alea langsung menghubungi Alga. Proyek itu adalah bentuk kerja sama antar perusahaan, termasuk perusahaan Alga sebagai eksekutor dan perusahaan Alea sebagai perencana pembangunan.
Itu artinya Alga dan Alea akan bekerja di satu tempat yang sama.
Manager perusahaan Alea mengadakan pertemuan di kantor tempat Alga bekerja. Ini kali pertama Alea mengunjungi kantor itu.
KAMU SEDANG MEMBACA
Our Journey (Hiatus)
RomanceMenikah. Hal yang sangat Alea nantikan setelah dirinya memantapkan hati untuk mengarungi bahtera rumah tangga dengan Alga. Expetasi Alea tentang kehidupan pernikahan begitu harmonis, apalagi suaminya adalah Alga. Laki-laki yang selama ini mengisi pe...