Malam ini gue merasa dibawa terbang ama si Leon. Menembus langit, meninggalkan beban hidup gue di permukaan bumi ini.
Sumpah demi apapun gue senang banget. Leon berhasil membuat gue melupakan masalah gue sejenak. Setidaknya sih buat saat ini.
Entah pukul berapa sekarang gue gak tau. Gue mau menikmati waktu ini dan ngarap gak usah berlalu. Biar waktu seperti ini saja.
Belum puas sih gue main dan ngerecokin semua wahana yang ada disini. Eis, gokil gengs, tau gak? Gue baru kali ini cobain semua wahana ini. Terbang diudara, diputar-putar, dibanting, naik kereta api yang relnya itu masa bisa naik turun rasa kereta udara gitu. Hehe....emang gue kampungan banget ya.
Semua wahana gue coba tanpa ampun. Bahkan gue masuk tuh ke sebuah ruangan yang katanya seram, semua jenis makhluk mengerikan ada disana.
Gue abis diomelin habis-habisan sama si Leon tadi karena udah bikin dia malu. Apa coba tebak yang gue lakuin sampai buat tu cowok malu?
Gue udah dengan tidak sengajanya mukul para hantu-hantu gadungan itu. Suwer deh gue gak sengaja. Lagian sih bikin gue kaget, nongol tiba-tiba, jadinyakan gue reflek ngajar mereka. Hehe....
Karena kelakuan gue, Leon nyeret gue dan bawa gue pulang. Ya.....gak seru ah.
"Makasih ya Le" kata gue setelah gue turun dari motor ninjanya ini. Gue udah sampai dengan selamat di depan rumah. Selamat sampai sini, di dalam ntar belum tentu gue selamat.
"Hm.... "
"Lo masih kesal sama gue? "
"Dikit"
"Ya maaf deh, abisnya kan tadi tuh para setan ngagetin gue"
"Yaudahlah nggak usah dibahas lagi. "
"Yaudah" Gue ngambil alih tas ransel gue dari Leon yang sedari tadi nyandangin tas gue.
"Amora! " Terdengar suara pria yang sudah sangat gue kenal, yang kedengaran sangat lirih. Gue sontak menoleh kebelakang.
Om Andra telah berdiri di belakang gue dengan tatapan yang fokus ke gue dari atas kepala sampai kaki gue tanpa berkedip. Dia mematung tanpa bergerak sedikitpun. Wajahnya yang sedikit memerah menandakan dia menahan amarah. Wah. Ada apa dengan ni orang?
"Heh! Punya jam tangan itu buat apa gunanya. Hah?!" kata Om Andra langsung menatap Leon dengan tajam dengan suara yang mulai bergejolak.
"Mm....buat....buat lihat....lihat waktu Om" jawab si Leon gugup.
"Lalu, bisa kamu lihat nggak waktu sekarang? Atau jam tangan kamu mati, hah?! " Si Leon ngelihat jam tangan yang melingkar di tangan kirinya, gue juga ngikut melihat. Penasaran, jam berapa sekarang.
Mata gue membulat dan gue juga nutup mulut gue dengan tangan gue karena kaget mengetahui sekarang udah jam 23:50. Waduh, ini rekor paling larut gue pulang. Hebat geng!
Jadi Om Andra marah gitu? Ah, gue gak takut kalau dia yang marah. Lagian mana berani dia marahin gue. Tapi kalau Mama....aduh, gimana nih.
Kok gue sampai gak tau waktu ya. Perasaan gue mainnya baru sebentar dah. Ah, apa jam si Leon itu kecepatan ya?
"Maaf Om sa-"
"Ck! Udah Le, nggak papa . Ngapain minta maaf. Udah ya, lo pulang aja gih" Gue langsung motong ucapan dia karena bagi gue gak penting buat minta maaf sama tuh Om Om. Gak berhak juga dia marah-marah ama teman gue ini. Ya nggak?
"Ya, tap-"
"Udah ya Le, lo pulang gih, kan besok lo mau berangkat ke Australi. Makasih ya buat hari ini. Gue senaaanggg banget" kata gue yang sudah berbunga-bunga. Hati gue bahagiaaaaaa banget.
KAMU SEDANG MEMBACA
AMORA
Teen Fiction[PROSES REVISI] Hidup adalah sebuah misteri, dan kematian adalah hal yang pasti. Semua yang datang akan pergi, dan semua yang bernyawa akan pasti mati. Kita tidak bisa memaksakan sesuatu yang menurut kita baik, dan kita tidak bisa menahan orang yang...