"
Gue sekarang lagi duduk-duduk di kursi taman bareng Tera. Sekarang jam istirahat. Kami memilih untuk minum susu kotak aja ketimbang makan di kantin. Lagi malas aja makan. Dan ternyata kami sama-sama menyukai susu kotak. Tapi yang bedanya, Tera suka rasa stroberry, dan gue coklat.
"Lo lihatin apa sih, Ter? " Gue heran deh. Si Tera lihat ke ujung taman itu terus. Gue mencoba ngikutin arah pandangnya.
"Geng LDR. " Tiga serangga itu lagi main basket di lapangan basket, sebelah taman ini.
"LDR apaan? " tanya gue bingung.
"Ish. Itu lho, kak Leon, Kak Damar dan Kak Rican. Masa sih lo nggak tau sama istilah itu. Kan udah populer di sekolah ini. "
"Pernah dengar sih, tapi nggak mau tau aja. " Gue acuh aja sambil nyedotin susu kotak yang ada di tangan gue ini.
"Lo emang nggak gaul sih. " kata Tera sambil terus tuh natap tiga serangga itu.
Gue heran deh ternyata tiga serangga itu jadi idolanya anak-anak disekolah ini. Gue rasa seluruh anak cewek deh. Kecuali gue ya. Apa sih yang bikin mereka itu tergila-gila sama tiga serangga yang nyebelin itu?
"Gatal mata gue lihatin mereka. " sungut gue.
"Lo aneh deh, Ra. Lo aja yang nggak suka sama mereka. Malah diajak ribut mulu. "kata Tera.
"Lagian apa sih hebatnya mereka? Sok ganteng, iya. Sok hebat, iya. Sok maco, iya. Sok sok an banget. "
"Ih lo ya Ra. Lihat tuh. Kak Leon itu tampan. Kalau kak Damar itu pintar banget, kata guru dia juara umum terus kan? Trus kalau Kak Rican itu pemenang olahraga tenis se Indonesia mewakili sekolah kita. Pokoknya tiga orang itu pintar dan tampan semua. Tapi yang paling tampan sih Kak Leon. " jelas Tera yang buat gue mau muntah dengarinnya.
"B aja. "kata gue acuh.
"Ih lo aneh banget, Ra. Lo tau nggak semua cewek kesengsem sama tiga cowok itu termasuk gue. Nah lo, nggak. Lo cewek apa enggak sih? "ucap Tera kesal.
Gue yang dibilang kek gitu ya kesal juga lah. Masa gue dibilang nggak cewek? Kalo gue cewek trus gue ga tertarik sama tiga serangga itu, emang salah?
" Anjir lo, Ter! " Tu kan gue jadi kasar. Untung aja Tera udah biasa dan ga masalah lagi. Dia udah terbiasa aja sama sifat gue.
"Ya maaf kalau gue salah ngomong. Abis gue heran deh sama lo. Nggak pernah tertarik sama cowok. "
"Malas ah ribetin hidup dengan asmara. Hidup gue udah ribet, Ter. " Curhatkan gue jadinya.
"Gue yakin lo itu cewek normal. Pasti pernah jatuh cinta atau perasaan suka, kagum, semacamnyalah sama lawan jenis. Jangan terlalu cuek lah, Ra. "
Hap!
Dengan cekatan gue tangkap bola basket yang kurang ajar hampir nyium wajah imut teman gue ini, Tera.
Eh, bukan bola basketnya yang kurang ajar. Tapi orang yang melakukan ini.
"Ra, makasih ya. Kalau nggak muka gue udah bonyok kali ya? "
Gue gak jawab apa yang barusan Tera bilang. Gue langsung aja berdiri, trus jalan menghadap pelaku itu. Kurang ajar tu orang.
"Heh! Lo bisa main basket nggak sih?! Kalau nggak bisa, sini gue ajarin. "kata gue. Trus gue lempar bola basket itu tepat di depan dadanya.
" Sorry, gue sengaja. " jawabnya dengan entengnya. Senyum menyebalkannya itu membuat gue ingin sekali menendangnya dari bumi ini.
" Maksud lo apa, hah? "
" Duel sama gue. " Wah wah wah. Dia nantangin gue nih. Dia pikir gue gak bisa main basket?
"Hay kak, maaf ya. Udah Ra, yok pergi. " Tera datang dan malah narik gue. Gue gak terima!
"Apaan sih, Ter. Gue mau kasih perhitungan sama ni orang. " Gue tepis tangan Tera yang hendak bawa gue menjauh dari lele gosong ini.
" Udah, Ra. Ja- "
Gue langsung potong ucapan Tera. "Lo diam dan balik lagi kesana kalau lo masih mau jadi teman gue. " Ancaman gue pasti Tera akan turutin.
" Ok, gue anggap lo setuju sama tantangan gue tadi. " Si Leon berbalik badan hendak mengambil posisi di tengah lapangan.
"Tunggu dulu. Pake perjanjian dong asiknya. Kalau lo kalah, gimana? Dan kalau lo menang, lo mau apa? " Damar maju mendekati gue dan Leon. Hmm, menarik juga permainan ini.
Leon kembali menghadap gue. Dia natap gue cukup lama sebelum dia berkata...
" Ok. Kalau lo kalah, lo jadi asisten gue selama satu bulan. Tapi kalau lo menang, gue nggak akan gangguin lo lagi. " Leon ambil keputusan sepihak.
"Ogah! Nggak mau gue. " Gue tolak mentah - mentah.
"Kenapa? Lo takut? " sahut Rican.
Gue kan tadi berurusan sama satu orang, nah kenapa maju semua? Gak adil nih. Masa gue lawan satu banding tiga?
"Gue nggak takut. Yaudah, tapi lo janji kalua gue yang menang, lo bertiga ngejauh dari gue. "
"Ok, deal. " Leon nyodorin tangannya ke gue. Bagus, nah ini kan mantap.
"Deal! " Gue terima jabatan tangannya.
"Can, lo wasit. " titah Leon.
"Nggak! Gue nggak mau dia jadi wasit. "tolak gue. Pokoknya gak mau. Rican kan temannya Leon, teman sejati malah. Yang ada ntar dia sengaja lagi bikin Leon menang dan gue kalah.
"Lah, banyak protes ni cewek. " gerutu Damar.
"Gue nggak mau, dia nanti nggak bisa jadi wasit yang amanah. " kata gue.
"Memang bank. Bank amanah? " gumam Rican.
"Bodo! " Gue mengedarkan pandangan gue sekeliling ini. Gue tarik salah satu cowok yang gue gak tau namanya siapa, kelas berapa.
"Dia yang jadi Wasit. " ujar gue.
"Dia siapa? "tanya Damar.
"Kalian nggak kenal, gue juga nggak kenal. Jadi cocok jadi wasit. " kata gue pasti.
"Woy. Emang ni orang ngerti masalah permainan basket? "tanya Rican.
"Gampang. Lo ngerti kan? "kata gue sambil nepuk pundak cowok yang gue tarik tadi.
"Enggak. " jawab dia sambil geleng-geleng.
Damar dan Rican nepuk jidat mereka masing-masing. "Gampang tau. Lo tinggal hitung berapa kali gue masukin bola, berapa kali ni orang masukin bola. Ntar yang banyak itu pemenangnya. Pokoknya gitulah. " jelas gue.
Jadilah gue dan Leon bertarung siapa yang paling banyak memasukin bola ke ring. Masalah wasit tadi, dia dibantu sama Rican. Ya, gak papa lah. Setidaknya ada penengah.
Waktu yang kami pakai itu sampai bel masuk berbunyi. Gak gampang buat bersaing sama Leon yang jago banget main basket, apalagi dia kan kapten.
Sampai skor imbang, gue terus bertahan. Kalau dia masukin satu, gue juga akan berusaha masukin satu. Pokoknya jangan sampai gue ketinggalan jauh aja.
Jadi gue gak terlalu tolol masalah main basket sih. Gue udah ngerasa ngos-ngosan karena gerakan si Leon ini terlalu cepat. Skor sekarang 22-20. Ya, gue udah ketinggalan dua skor.
Tringgg triingggg
Sial! Gue kalah ternyata. Mau gak mau gue harus berjiwa besar dan nerima hukuman yang akan mereka berikan.
"Yeeyyy! " sorak sorai siswa - siswi yang ternyata dari tadi nontonin kami.
"Perang kita mulai. "kata Leon. Lalu pergi gitu aja.
KAMU SEDANG MEMBACA
AMORA
Teen Fiction[PROSES REVISI] Hidup adalah sebuah misteri, dan kematian adalah hal yang pasti. Semua yang datang akan pergi, dan semua yang bernyawa akan pasti mati. Kita tidak bisa memaksakan sesuatu yang menurut kita baik, dan kita tidak bisa menahan orang yang...